AJARAN THOMAS HOBBES TENTANG NEGARA SEBAGAI “LEVIATHAN”
Abstract
Abstrak:
Thomas Hobbes (1588-1679), seorang filsuf Inggris beraliran empirisme yang penuh dengan kontroversial karena karya-karyanya, khususnya Leviathan, Hobbes dianggap sebagai ateis yang jahat. Dia dimusuhi semua golongan agama pada zamannya: kaum Kalvinis, Anglikan, maupun Katolik. Thomas Hobbes mengibaratkan negara sebagai Leviathan, sejenis monster (mahkluk raksasa) yang ganas, menakutkan dan bengis, yang terdapat dalam kisah perjanjian lama. Mahkluk ini selalu mengancam keberadaan mahkluk-mahkluk lainnya dan dipatuhi perintahnya. Maka dari itu, ia muncul ketika siapa pun yang mencoba melanggar hukum negara. Dengan istilah ‘Leviathan’ dilukiskan bahwa negara seperti monster raksasa purbakala yang hidup di lautan. Di dalam perjalanan hidupnya banyak peristiwa sosial-politik yang mempengaruhi pemikiran Hobbes, diantaranya adalah pertentangan antara gereja anglikan resmi, kaum puritan dan golongan katolik, serta konfrontasi antara raja dengan parlemen. Ketika hobbes berusia senja pada tahun 1649, ia menyaksikan konflik antara raja Charles I dengan parlemen yang berakhir dengan kekalahan raja. Akhirnya raja dipenggal atas perintah Cromwell. Inggris pasca kematian raja Charles I menjadi negara yang diperintah oleh sebuah komisi, tidak lagi dipandang sebagai negara yang adikuasa melainkan sebagai negara yang lemah. Luka-luka sejarah tersebut memaksa Hobbes mencari solusi bagaimana konflik bisa dihindari dan tercipta perdamaian hakiki. Akhirnya Hobbes menemukan solusi bahwa menurutnya dalam negara yang besar pemerintah haruslah absolut agar tidak terjadi kekacauan dan ketidakstabilan politis yang pernah dialaminya. Dewasa ini, secara sia-sia orang mengancam teori absolutisme Hobbes itu. Banyak negara yang menggembar- gemborkan demokrasi dan menolak absolutisme, tapi dalam praktik diam-diam atau secara kasar malah mewujudkan teori Hobbes itu di berbagai bidang kehidupan sosial. Banyak orang yang menentang dan tidak suka dengan pemikirannya itu karena bisa merusak sistem pemerintahan yang sudah ada pada saat itu. Meskipun demikian, kehidupan pribadi Hobbes menyangkal semua itu. Dia adalah orang yang sangat berbudi bahasa, toleran, dan mengabdikan seluruh hidupnya demi kemajuan ilmu pengetahuan. Di kemudian hari pun orang-orang sangat menghargai karya-karyanya.
Kata kunci: Thomas Hobbes, Politik, Negara, Leviathan, AbsolutismeReferences
Daftar Pustaka
Budi Hardiman, F. Filsafat Modern Dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Hobbes, Thomas. Leviathan, Chapter 30, Of The Office Of The Soveraign Representative, Global Grey, 2019.
https://www.academia.edu/6362769/BIOGRAFI_THOMAS_HOBBES, diakses pada Kamis 23 Juni 2019.
https://medium.com/@fahrezarizky542/thomas-hobbes-negara-kekuasaan-sebagai-leviathan-d4e60880d856 Diakses pada Jum’at, 24 Mei 2019.
Magnis-Suseno, Franz. ETIKA POLITIK: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Murtiningsih, Wahyu. Para Filsuf Dari Plato Sampai Ibnu Bajjah, Jogjakarta: IRCiSoD, 2014.
Tralau, Johan. The Cambridge Companion to HOBBES’S LEVIATHAN, New York: Cambridge University Press, 2007.
DOI: 10.15408/paradigma.v1i01.27291
Refbacks
- There are currently no refbacks.