Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

Johan Wahyudi

Abstract


Abstract

Nusantara is the land with various old tales. There is remaining some historical facts that is still urgent to discuss. One of past theme that is interesting is the relation of kingdoms and lands. Aceh Darussalam is one of the greatest kingdom in Sumatra and the strait of Malaka. Their existence had regarded as the guard, but for the other groups see it as threat. In some cases, that outlook can be changing, depending on the regional political context.

The Kingdom of Johor becomes a one of political entity that is actively associated with Aceh. They need a strong colleague, in order to continue their development into estabilished kingdom. Their dark past, that is the fall of Malaka because Portuguese attack in 1511, is used for building a billateral cooperation with Aceh. Instead, the two kingdoms involved family relations. As we khow, marriage is the one of ancient diplomatic model in Middle Ages.

During the wheel of time, the diplomatic boundery between Aceh and Johor is not always on the line. At the one day, Johor had known that Aceh had another goal behind his intentions. Aceh had planned that Johor is part of Aceh’s subordinate area. Therefore, Johor had decided Portuguese as his friend. This decision contraries to the vision of Aceh. Aceh had thougt that Portuguese is his rival. Aceh had showed his anger with several attacks to Johor.

This Paper will explain the model of ancient diplomacies, in case of the relation of Aceh and Johor. Some kind of that such as the diplomacy in politic and intellectual sphere.

---

Abstrak

Nusantara merupakan ranah yang kaya akan kisah masa lalu. Di dalamnya terendap beragam peristiwa yang masih aktual dibicarakan. Satu tema yang menarik adalah mengenai hubungan kenegerian antarkerajaan. Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan besar di Sumatera dan perairan Malaka. Keberadaannya dianggap pengayom, namun bagi kelompok lain, ia diangap sebagai ancaman. Pada titik tertentu, pandangan ini bisa saja berubah-ubah, tergantung pada kondisi politik regional.

Kesultanan Johor menjadi salah satu kesultanan yang aktif berhubungan dengan Aceh Darussalam. Johor membutuhkan rekanan yang tangguh, agar bisa terus berkembang menjadi kerajaan yang mapan. Masa lalu yang kelam, yakni dikuasainya Malaka oleh Portugis pada 1511, membulatkan tekad Johor untuk beriringan dengan Aceh dalam kerjasama bilateral. Malah, kedua kerajaan terikat oleh hubungan kekerabatan. Hal ini karena beberapa pangeran dan putri Johor menikah dengan pangeran dan putri dari Aceh. Seperti diketahui, pernikahan merupakan bentuk diplomasi kuno di Abad Pertengahan.

Dalam perjalanannya, diplomasi yang dijalin Aceh dan Johor tidaklah berjalan mulus. Pada satu keadaan, Johor menyadari bahwa Aceh mempunyai motif lain, yakni ingin menjadikan Johor bagian dari daerah pengaruhnya. Oleh sebab itu, Johor memutuskan menjalin hubungan dengan Portugis, agar bisa lepas dari bayang-bayang Aceh. Aceh yang memang menjadikan Portugis sebagai rivalnya, marah dengan kebijakan Johor. Sejak itu di beberapa fase hubungan Aceh dan Johor terlibat peperangan.

Tulisan ini akan mengangkat model dua diplomasi kuno seperti yang tersaji dalam kasus kerajaan Aceh dan Johor. Beberapa yang bisa disebutkan adalah diplomasi politik dan intelektual.

 

DOI: 10.15408/al-turas.v23i1.4800


Keywords


dynamic, diplomacy, marriage, personality and intellectuality

References


Daftar Pustaka

Andaya, Leonard Y. “The Kingdom of Johor, 1641-1728: A Study of Economic and Political Developments in The Straits of Malacca”, Tesis, Cornell University, 1971.

Ar-Raniri, Nuruddin. Bustanussalatin bait 12 dan 13, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor panggil ML 422.

Azwar, Pocut Haslinda Syarhrul. Perempuan Bercahaya dalam Lintasan Sejarah Aceh, Jakarta: Yayasan Tun Sri Lanang, 2011.

Bauer, Susan Wise. Sejarah Dunia Abad Pertengahan, Terj. Aloysius Prasetya A. Jakarta: Elexmedia Komputindo, 2016.

Braudel, Fernand. Civilization and Capitalization 15 – 18th: Volume III, The Wheel of Commerce, Tran. Sian Reynolds, London: William Collin Sons & Co Ltd, 1982.

Birmingham, David. A Concise History of Portugal, Cambridge: Cambridge University Press, 2003.

Chauduri, K. N. Trade and Civilization in The Indian Ocean, Cambridge: Cambridge University Press, 1989.

Cohen, Raymond dkk. Amarna Diplomacy, Maryland: John Hopkins University Press, 2002. Artikel Samuel A. Meir, “Marriage and Diplomacy”.

Cortesao, Armando. The Suma Oriental of Tome Pires, Vol. II, New Delhi: Asian Educational Services, 2005.

Curtin, Philip D. Cross-Cultural Trade in World History, Cambridge UK: Cambridge University Press, 1998.

Fang, Liaw Yock. Sejarah Kesusasteraan Melayu Klasik 2, Jakarta: Air Langga, 1993.

Hadi, Amirul. Aceh; Sejarah, Budaya dan Tradisi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010.

Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara, Terj. I. P. Soewarsha, Jakarta: Usaha Nasional, 1988.

Hamka. Sejarah Umat Islam, jilid 4. Bukittinggi: N.V. Nusantara, 1961.

Hasjmy, A. Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, Jakarta: Penerbit Beuna, 1983.

Iskandar, Teuku. “Aceh ad a Muslim-Malay Cultural Centre (14th – 19 th Century”, makalah dipresentasikan pada First International Conference Aceh and Indian Ocean Studies, pada 24 – 27 Februari 2007 di Banda Aceh.

Ismail, Engku Ibrahim. Syekh Daud Al Fatani Satu Analisis Peranan dan Sumbangannya Terhadap Khazanah Islam di Nusantara, Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia, 1992.

Jayne, J.S. Vasco Da Gama and His Successors, London: Methuen & Co. Ltd, 1910.

Kartodirdjo, Sartono, ed. Masyarakat Kuno dan Kelompok Sosial, Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1977.

Lombard, Denys. Kerajaan Aceh; Jaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Terj.Winarsih Arifin. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.

Madjid, M. Dien. “Tun Sri Lanang dalam Lintasan Sejarah dan Hubungannya dengan Perkembangan Islam di Aceh”, makalah disampaikan dalam “Seminar Ketokohan Tun Sri Lanang” di Bireuen, Aceh pada 28 Desember 2011.

Nicholson, Harold. Diplomacy, London: Oxford University Press, 1942.

Said, Mohammad. Aceh Sepanjang Abad Jilid 1, Medan: P.T. Percetakan dan Penerbitan Waspada Medan, 1981.

Soucke, Svat, “The Portuguese and The Turks in Persian Gulf” dalam Dejaniah Couto and Rui Manuel Loureiro, ed. Revisiting Hormuz; Portuguese Interactions in the Persian Gulf Region in the Early Modern Period, Germany: Calouste Gulbenkian Foundation, 2008.

Souza, Manuel de Faria Y. “Portuguese History of Malacca”, dalam Journal Straits Branch Of The Royal Asiatic Society, No. 17, 1887.

Trochi, Carl A. Prince of Pirates; The Tomenggongs and the Developments of Johor and Singapore 1764 – 1885, Singapore: NUS Press, 2007.

Van Loon, Hendrik Willem. The History of Mankind, USA: Boni & Liveraight Inc., 1922.

_______________. A History of Malay Classical Literature, Petaling Jaya: Eagle Trading Sdn. Bhd, 1991.

Winstedt, Richard. “The Early Rulers of Perak Pahang and Acheh” dalam Journal of The Malayan Branch of The Royal Asiatic Society, Vol. X, No. 1, Januari 1932.

_______________. Malaya and Its History, Great Britain: The Anchor Press, 1933.

Wilkinson, R. J. “The Sri Lanang Pedigree” dalam Journal of The Malayan Branch of The Royal Asiatic Society, Vol. XI, No. 2, Desember 1933.

Zainuddin, H.M. Singa Atjeh. Medan: Pustaka Iskandar Muda, 1957.

______________. Tarich Atjeh dan Nusantara, jilid 1, Medan: Pustaka Iskandar Muda, 1961.

Zakaria, Abdul Aziz bin. Sejarah Kenaikan dan Kejatohan Kekuasaan Portugis di Melaka, London: Macmillan & Co, 1953.

Online

Entri “Treaty of Tordesillas” dalam Max Planck Encyclopedia of Public International Law, diunduh dari http://opil.ouplaw.com. Pada pukul 14.22 WIB, Senin 5 Desember 2016.


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/bat.v23i1.4800

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 Johan Wahyudi

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.