Peranan Pangreh Praja di Tanah Partikelir Batavia 1900-1942

Siswantari Siswantari

Abstract


Abstrak

Penelitian ini membahas tentang peranan pangreh pradja di tanah partikelir di Batavia. Pendapat para ahli selama ini lebih banyak mengungkapkan bahwa Pangreh Pradja menjalani peranan dualisme, disatu pihak kedudukannya merupakan bagian dari pemerintah Kolonial Belanda, namun dipihak lain kedudukannya merupakan bagian dari struktur kekuasaan tuan tanah. Karena itu Pangreh Pradja lebih condong untuk memperhatikan kepentingan tuan tanah. Ketika terjadi pemberontakan di tanah partekelir, Pangreh Pradja menjadi sasaran kemarahan petani, seperti kasus pemberontakan di Condet dan Tanggerang. Wilayah Batavia hampir keseluruhannya merupakan tanah partikelir, yang menarik di tanah ini bahwa tidak semuanya di tanah partikelir Batavia terjadi pemberontakan petani.

Dari penelitian penulis dapat diketahui bahwa tidak semua pada tanah partikelir Batavia terjadi pemberontakan,  disebabkan lokasi tanah partikelir di Batavia dekat dengan pemerintah pusat. Karena itu masalah keamanan dan kesejahteraan penduduk didalamnya menjadi sorotan pemerintah, yang membuat  Pangreh Pradja kinerjanya sangat disorot pemerintah. Hal lainnya yang menyebabkan tidak terjadinya pemberontakan di tanah partikelir adalah: Untuk kasus tanah partikelir Kebayoran, yang diangkat menjadi kepala desa adalah ulama yang dihormati

---

Abstract

This article discusses about the role of pangreh pradja in tanah partikelir Batavia. Most of the experts tend to exposed that Pangreh Pradja had dualism role, on the one hand his role as part of Dutch colonial, on the other hand he also had role as the landlord. That is why he tent to show his attention for the landlord.  When the revolt broke out in tanah partikelir, Pangreh Pradja became the victim of the farmer hatred, such as the revolt in Condet and Tangerang. Most of the Batavia were nearly became Tanah Partikelir, where not all the land in Batavia had occured revolution done by farmers.

From this article, the writer found that not all tanah partikelir in Batavia had occured revolution. It is becaused the location of tanah partikelir Batavia was near from central government. Therefore, the security and prosperity of people became the main focus of the government, which attract government for Pangreh Pradja role. The other things which avoid revolution in tanah partikelir Batavia: for this case Tanah Partikelir Kebayoran, which was appointed as the head of village was the respected ulama. So that the revolution can be avoided.


DOI : 10.5281/zenodo.556798


Keywords


Pangreh Pradja, Tanah Partikelir, revolution, Batavia

References


D. Daftar Pustaka

Sumber Arsip

Arsip Binnenland Bestuur, No 1152

Arsip Binnenland Bestuur, No 2354

Arsip Binnenland Bestuur, No 2681

Politiek Verslag der Residentie Batavia 1869 No. 16/4-236

Arsip yang diterbitkan

Arsip Nasional RI, Ikhtisar Keadaan Politik Hindia Belanda Tahun 1839-1848, Jakarta: ArsipNasional RI, 1976

Arsip Nasional RI, Memori Serah Jabatan 1921-1930 (Java Ban-it), Jakarta: Arsip Nasional RI, 1976

————————— ^ Memori Serah Jabatan 1931-1940 (Jawa Barat 1), Jakarta: Arsip Nasional RI, 1980

————f Laporan-Laporan Tentang Gerakan Prates di Jawa Pada Abad XX, Jakarta: Arsip Nasional RI, 1981

Encyclopaedia van Nederlandsch Indie, Derde Deel, 's Gravenhage - Leiden : Martinus Nijhoff, 1919.

Jurnal dan Majalah, Surat Kabar

Delndische Gids. 1886 dan 1887.

DeLocomotif, Semarang, 1886 -1888

De Java Bode, Batavia, 1886 – 1888

Pemberita Betcnvi, 1916

Bintang Betawi 1913-1914

Oetoesan Hindia 1913-1914

Buku/Artikel

Ayub, Musdaleina,Dari Tuan Tanah Ke Kanjeng Gubernemen: Studi Awal tentang Aspek-aspek Yang Berkaitan Dengan Masalah Pengembalian Tanah Partikelir Menjadi Milik Negara di Regentscap Buitenzorg Pada awal Abad Ke 20, FSUI,1994.

Anwar, Ali, Gerakan Protes Petani Bekasi 1913, Studi Kasus Awal Masuknya Sarekat Islam di Tanah Partikelir, FSUT 1990.

Blusse, Leonard, Persekutuan Aneh: Pemukim Cina, Wanita Peranakan dan Belanda di Batavia VOC. Terjemahan oleh Redaksi PA, Jakarta: Pustazet Perkasa, 1988. Penerbit, LKIS Yogyakarta, 2004.

Elson, R.E., Javanese Peasant and the Colonial Sugar Industry., Impact and Change in East Java Residency 183O-1940, Singapore: ASS A Southeast Asia Publications Series, 1984

Geertz, Clifford, Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia, Jakarta: Bhratara, 1983

Gouw, Giok Siong. Masalah Agraria (berikutperaturan dan tjontoh-tjontoh), Djakarta : KengPo, 1960.

Gelederen, J. van, J:.H. Boeke dan J. Tideman Tanah danPenduduk di Indonesia, terjemahan oleh Srs. Nalom Siahaan. Jakarta : Bliratara, 1974.

IkbaJ, Muhammad, Tanah Partiketir Kebaijoran Dan Sekitarnya (1896-1916), FIB UI 2004

Iskandar, Muhammad. Aksi kolektif Petani Ciomas Tahun 1886, dampak politis bagi pemerintah Hindia Belanda. Disertasi Doktor FIB-UI, 2007

Leirissa, R.Z., Terwujndnya Suatu Gagasan Sejarah Masyarakat Indonesia 1900-1950, Jakarta. Akademika Pressindo, 1985

Mubyarto dkk, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan : Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media, 1992.

Poesponegoro,M.D. Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia jilid IV. Jakarta : Balai Pustaka, 1984.

Pool, Werner. Struktur Pemilikan Tanah di Indonesia Jakarta : C V Rajawali, 1983.

Popkin, Samuel L., The Rational Peasant the Political Economy of Rural Society in Vietnam, London: University of California Press, 1979

Praptodihardjo, Singgih. Sendi-sendi Hukum Tanah di Indonesia. Djakarta : Jajasan Pembangunan Djakarta, 1953.

Popkin, Samuel L. The Rational Peasant: JTie Political Economy of Rural Society in Vietnam.. Berkeley - Los Angeles: University of California Press, 1979.

Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888: Kondisi, Man Peristiwa dan Kelanjutannya: Sebuah Studi Kasus Mengenai Gerakan Sosial di Indonesia. Terjemahan oleh: Hasan Basari, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984.

.......... Protest Movement in Rural Java. Singapore-Kuala Lumpur-Jakarta: Oxford University Press/P.T. Indira, 1973.

............. Protest Movement in Rural Java. Singapore-Kuala Lumpur-Jakarta: Oxford University Press/P.T. Indira, 1973.

........... dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media, 1991.

Scott, James C. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Terjemahan oleh: Hasan Basari, Jakarta: LP3ES, 1981.

Siong, Gouw Giok. Masalah Agraria (berikutperaturan dan tjontoh-tjontoh). Djakarta : KengPo, 1%0.

Tauchid, Mochammad. Masalah Agraria : Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran. Jakarta : Tjakrawala, 1952.

Tideman, J., "Penduduk Kabupaten-kabupaten Batavia, Meester Cornells dan Buitenzorg" dalam Tanah dan penduduk di Indonesia, Jakarta: Bhratara, 174

"Tjondronegoro, Sediono M.P., Gunawan Wiradi. Dua AbadPenguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jaw a dari Masa ke Masa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Gramedia, 1984.


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/bat.v22i2.4046

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 Siswantari Siswantari

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.