Suara-Suara Islam dalam Surat Kabar dan Majalah Terbitan Awal Abad 20 di Minangkabau

Sastri Sunarti

Abstract


Abstrak

Tulisan ini menjelaskan tentang perkembangan pers di Sumatera seperti Palembang, Medan, Sibolga, Padang, dan Kota Raja di Aceh pada paruh kedua abad ke-19. Namun demikian, tulisan ini fokus pada daerah Padang yang menjadi pusat perniagaan yang dikelola oleh orang Eropa (terutama Belanda) dan Tionghoa. Selanjutnya, pada awal abad ke-20, para pengusaha pribumi mulai terlibat dalam bidang percetakan dan penerbitan, seperti surat kabar Alam Minangkerbau (1904), Perserikatan Orang Alam Minangkerbau (OAM) tahun 1911 milik orang pribumi asal Minangkabau. Mulai saat itu usaha di bidang percetakan dan penerbitan semakin berkembang di Sumatra. Usaha ini pun hingga memunculkan berbagai karakter dan kepentingan masyarakat pribumi terutama tentang suara-suara kelompok atau organisasi yang memperjuangkan nasib masyarakat miskin, tertindas, maupun yang kurang mendapatkan pengajaran. Sampai menjelang pertengahan abad ke-20 suara-suara masyarakat semakin tumbuh dan direpresentasikan melalui berbagai media cetak. Banyak yang mengusung tentang pentingnya pendidikan baik umum maupun agama di samping tentang periklanan dari perusahaan-perusahaan perkebunan. Maka dari perkembangan pers inilah tidak sedikit yang mengawali suara nasionalisme bangsa dari berbagai wilayah di Indonesia termasuk dari Sumatera.

---

Abstract

This article explains about the development of press in Sumatera, such as Palembang, Medan, Sibloga, Padang, and Kota Raja in Aceh in the second half of 19th Century. However, it focuses on Padang as the center of commerce run by European (especially Dutch), and Chinese. In addition, in the beginning of 20th Century, the indigenous petty bourgeoisie involved in printing and publishing sector, such as Alam Minangkerbau newspaper (1904), Perserikatan Orang Alam Minangkerbau (OAM) in 1911 owned by the local people from Minangkabau. Since then, printing and publishing business had been growing in Sumatera. The business brought various characteristics and also local people interests, especially the voices of groups or organization that fought for the poor, the oppressed people, and the ones who were lack of education access. Until the mid of 20th century, the voices of the people was growing and represented through variety of printed media. Many of them carried on the importance of education, both general and religious education, as well as advertising and plantation companies. This development of press brought the voice of nationalism from various region, including Sumatra.


Keywords


Islamic Press; Voice of Nationalism; Minangkabau; 20th Century

References


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1966. “Adat And Islam: An Examination of Conflict In Minangkabau.” Majalah Indonesia, No II, Oktober. Jakarta

————. 1967. “Minangkabau 1900-1927: Preliminary Studies in Social Development”

————. 1971. “Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933)”. CMIP Monograph Series. (Ithaca: Cornell SEAP).

————. 1972. “Modernization in the Minangkabau World; West Sumatra in the early decades of the 20th century”, dalam Holt et al. (ed.)

Adam, Ahmad B. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta: Hastra Mitra.

Asnan, Gusti. 1987. “Pers Islam Di Sumatera Barat Pada Awal Abad XX: Suatu Gerakan Tinjauan Dalam Hubungannya Dengan Gerakan Pembaharuan”. Skripsi Sarjana S-1 Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang.

Colombijn, Freek. 2006. Paco-Paco Kota Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia Abad ke-20 dan Penggunaan Tata Ruang Kota. Padang: Ombak.

Dobbin, Christine.2008. Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Padri: Minangkabau 1784-1847. Depok: Komunitas Bambu.

Eisenstein, Elizabeth L. 1979. The PrintingPress as an Agent of Change: Communication and Cultural Transformations in Early-Modern Europe volume I and II. Cambridge: Cambridge University Press.

Gallop, Annabel Teh. 1990. “Early Malay Printing: an Introduction to the British Library Collections”. JMBRAS. LXIII (1): 85-124.

Graves. Elizabeth E. 2007.Asal-Usul Elite Minangkabau Modern:Respons Terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Naim, Asma dan Mochtar Naim. 1975, Bibliografi Minangkabau, Singapore: The Institute of Southeast Asian Studies.

Negoro, Adi. 1951. Falsafah Ratu Dunia (cetakan kedua). Jakarta: Balai Pustaka.

Noer, Deliar. 1982. Gerakan Modern Islam di Indonesia (1900-1942). Jakarta: LP3ES.

Putten, Jan van der. 1997. “Printing in Riau: Two Steps toward Modernity” dalam Bijdragen Tot De Taal-, Land-En Volkenkunde. No.153. Leiden: KITLV Royal Institute of Linguistics and Anthropology.

Rahzen, Taufik.2007. Tanah Air Bahasa:Seratus Jejak Pers Indonesia. Jakarta: I. Boekoe.

Soebagijo I.N., H. 1977. Sejarah Pers Indonesia. Jakarta: Dewan Pers.

Surjomihardjo, Abdurachman. 1980. Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia. Proyek Penelitian Pengembangan dan Penerangan RI. Jakarta.

Suryadi. 2003. “Dunia Penerbitan dan Perbukuan di Sumatra Barat Sebelum Kemerdekaan”. Melayu, Jurnal Antara Bangsa Dunia Melayu No. 1.

Sweeney, Amin. 1987. A Full Hearing: Orality And Literacy In The Malay World. Berkeley: University of California Press.


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/bat.v21i2.3839

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2015 Sastri Sunarti

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.