Budaya Satire pada Masa Dinasti Umayyah dalam Syair Hijā’ Al-Farazdaq
Abstract
Hijā’ atau satire adalah salah satu genre syair yang mengandung konten sinisme atau ejekan. Jenis puisi ini berkembang pesat pada masa Dinasti Umayyah. Penyair yang sangat terkenal dengan genre ini di antaranya adalah al-Farazdaq. Kajian ini bermaksud untuk mengungkap jenis budaya satire yang berkembang pada masa Bani Umayyah melalui syair al-Farazdaq serta latar belakang munculnya budaya tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, saya akan menggunakan metode penelitian qualitatif melalui pendekatan budaya dan sejarah pada teks-teks syair hija al-Farazdaq. Berdasarkan hasil analisis terungkap bahwa budaya satire yang berkembang pada masa Bani Umayah dalam puisi hija al-Farazdaq adalah jenis satire personal (al-hijā al-syakhsyi) yaitu satire yang menyerang pribadi seseorang dengan cara mengejeknya melalui hal-hal yang bersifat fisik, satire moral (al-hijā al-akhlāqi) yaitu sindiran-sindiran yang ditujukan kepada lawan karena dianggap memiliki moralitas yang rendah, satire politik (al-hijā al-siyāsi) yang digunakan untuk kepentingan politik, satire sosial (al-hijā al-ijtimāi) yaitu sindiran yang terkait perilaku sosial yang kurang lazim terjadi pada masyarakat pada umumnya dan satire agama (al-hijā al-dīnī) yaitu satire-satire yang digunakan untuk menyindir perilaku keagamaan seseorang. Adapun latar belakang munculnya budaya satire di antaranya disebabkan oleh motif politik, ekonomi dan fanatisme kesukuan.
Hijā' or satire is a genre of poetry that contains cynicism or mockeries. This type of poetry developed rapidly during the Umayyad Dynasty. This study was intended to reveal the type of satirical culture in the era of Umayyads through al-Farazdaq’s poetry and the background of its emergence. To achieve this purpose, I used a qualitative research method implementing cultural and historical approaches to read critically hija al-Farazdaq's poetic texts. The result of analysis revealed there were five kinds of satirical culture developing during the Umayyads in the poetry hija al-Farazdaq. There were a personal satire (al-hijā al-syakhsyi) attacked someone by mocking him through things that were physical; a moral satire (al-hijā al-akhlāqi), namely allusions that addressed the opponents because they were considered to have low morality; a political satire (al-hijā al-siyāsi) which was used for political purposes; a social satire (al-hijā al-ijtimāi) which was an allusion related to social behavior that were less common in the society in general; and a religious satire (al-hijā al-dīnī) which was used to insinuate one's religious behavior. The background for the emergence of satire culture were due to political, economic and tribal fanaticism.
Keywords
References
Abdurrahman Abdul Hamid Ali. Al-Adab al-Arabi; al-Ashsr al-Islāmi Wa al-Umawwi. Beirut: Dār al-Kitāb al-Hadīs, 2005.
Abi ‘Ubaidah Mu’ammar ibn al-Mutsanna al-Tamimi. Kitāb Al- Naqāiḍ: Naqāiḍ Jarīr Wa al-Farazdaq. Beirut: Dār al- Kutub al-Ilmiyah, 1994.
Ahmad al-Hasyimi. Jawāhir Al-Balāgah. Beirut: Dar al-Fikri, 1994.
Ahmad al-Iskandari, and Mushthafa. ‘Inani, al-Wasīth Fi al-Adab al-Arabi Wa Tārikhihi. Mesir: Dār al-Ma’ārif, n.d.
Ahmad Hasan Basbah. Al-Ahthal Syāir Bani Umayyah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994.
Alī Fā’ūr (Syarah). Dīwan Al-Farazdaq. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1987.
Didin Saepudin. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.
Eliya al-Hāwi. Syarh Dīwān Al-Farazdaq. 1. Libanon: Darul Kutub al-Lubnani, 1983.
Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu, 2004.
Hanā al-Fākhūri. Al-Mūjiz Fi al-Adab al-‘Arabi Wa Tārikhihi: Al-Adab al-Islāmi. Lubnan: Dār al-Ma’ārif, n.d.
“Https://Kbbi.Web.Id/Sejarah,” n.d.
https://media.neliti.com/media/publications/163193-ID-filsafat-kebudayaan-dan-sastra-dalam-per.pdf.
Ibnu Manzhūr. Lisān Al-Arab. 15th ed. Beirut: Dār Shādir, n.d.
Ibrâhîm ‘Ali Abu al-Khasab, and Ahmad Abd al-Mun’im al-Bahâ. Buhûts Fi Al-Adab al-Jâhili. al-Bayân al-‘Arabi, 1961.
Ismail R. Al-Faruqi, and Lois Lamya Al-Faruqi. Atlas Budaya Islam. 4th ed. Bandung: mizan, 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Balai Pustaka, 1995.
Misyal ‘ashi, and Emil Badi Ya’qub. Al-Mu’jam al-Mufashal Fi al-Lughah Wa al-Adab. 2. Beirut: Dar al-ilm li almalayin, n.d.
Mudji Sutrisno, and Hendar Putranto. Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Muhammad al-Mun’im Khafāji. Al-Syi’r al-Jāhili. Libanon: Dār al-Kutub al-Lubnāni, n.d.
Muhammad Bahar Akkase Teng. “Filsafat Kebudayaan Dan Sastra Dalam Perspektif Sejarah.” Jurnal Ilmu Budaya 5 (June 2017).
Muhammad Sāmi al-Dihān. Al-Hijâ. 3rd ed. Dâr al-Ma’arif, n.d.
Muhammad Suhail Tuqqusy. Tārikh Al-Arab Qabla al-Islām. 1st ed. Beirut: Dār an-Nafaes, 2009.
Panuti Sudjiman. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI-Press, 1990.
DOI: 10.15408/bat.v25i2.11744
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Cahya Buana
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.