Authority, Culture, and Sexuality in the Polygamy of Madurese Ulamas
Abstract
Generally, polygamy among Madurese Ulama is carried out arbitrarily and secretly, resulting in suffering and significant discrimination against women. However, in specific instances, certain Madurese Ulama exhibit unique behaviors in constructing polygamous families, fostering comfort and harmony within their households. This research investigates the practice of polygamy among the ulama of Madurese and the influencing factors behind such practices. Employing a qualitative method, primary data sources comprise three polygamous families led by Madurese Ulama, each demonstrating distinctiveness in managing their polygamous households. The findings of this study conclude the existence of two models of polygamy practiced by Madurese Ulama, including polygamy initiated by the husband's desire with consent from the wives and initiated by the wives with consent from the husband. The practice of polygamy among Madurese Ulama is influenced by factors such as sexual needs, the authority held by these Ulama, and the devout religious culture of Madurese society, which tends to venerate Madurese Ulama excessively.
Abstrak: Pada umumnya poligami ulama Madura dilakukan secara sewenang-wenang dan siri (tidak dicatat oleh negara), yang mendatangkan penderitaaan dan diskriminasi yang sangat merugikan perempuan. Sebaliknya dalam fenomena tertentu, terdapat ulama Madura yang memiliki perilaku unik dalam membangun keluarga poligami sehingga mendatangkan kenyamanan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Penelitian ini menelaah praktik poligami yang dilakukan oleh ulama Madura dan faktor yang mempengaruhi poligami tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data primernya adalah tiga keluarga ulama Madura yang memiliki keunikan dalam membagun rumah tangga poligamis. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat dua model poligami yang dilakukan oleh ulama Madura, yaitu poligami yang dilakukan atas kehendak suami dengan persetujuan para istri dan poligami yang dilakukan atas inisiatif para istri dengan mendapatkan persetujuan suami. Poligami ulama Madura dipengaruhi oleh faktor kebutuhan seksual dan otoritas ulama Madura, serta budaya hidup masyarakat Madura yang taat beragama dan cenderung berlebihan dalam mengkultus ulamanya.
Keywords
References
A`la, A., Zamzami, M., Udin, N. H. W., & Aniq, A. F. (2017). Islamism in Madura From Religious Symbolism to Authoritarianism. Journal of Indonesian Islam, 11(2).
Abd Aziz. (2012). Dinamika Nikah Siri di Madura. Antaranews.
Adawiyah. (2022). Personal communication, Bangkalan, 27 December.
Alfitri. (2020). Protecting Women from Domestic Violence: Islam, Family Law, and the State in Indonesia. Studia Islamika, 27(2).
Almanuri, A. H., & Khalilullah. (2021). Dekadensi Nilai Ghabay dalam Bayangan Hedonisme (Menilik Tradisi Ghabay di Pulau Poteran). Wasatiyah: Jurnal Hukum, 2(1), 1–12.
Amin, K. (2022). Personal communication, Sampang, 15 December.
Aziz, N., Rispalman, R., & Anggraini, T. (2023). Polygamy in the Perspective of Tafsīr Al-Aḥkām and Islamic Law: n Examination of the Gayo Luwes Community in Aceh, Indonesia. Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, 7(3).
Bakar, A. (2918). Women on the Text according to Amina Wadud Muhsin in Qur'an and Women. Al-Ihkam: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial2, 13(1).
Billah, M. (1998). Pergolakan NU dan Kelompok Islam. Tashwirul Afkar Majalah Lakpesdam NU.
Creswell, J.W., (1994). Research Design, Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Dhofier, Z. (2000). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), 1. Bandingkan dengan Muhammad Abed al-Jabiri, Post-Tradisionalisme Islam. Yogyakarta: LKiS.
Fadl, K. A. el. (2001). Speaking in God's Name, Islamic Law, Authority, and Women. Oxford: Oneword.
Farid, M., & Hidayat, M. A. (2021). Perlawanan Perempuan Pesantren Terhadap Poligami Kiai di Madura. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 10(2).
Fu’ady, M. A. (2011). Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah Studi Fenomenologi. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi Islam, 8(2).
Hasanah, N. (2022). Personal communication, Bangkalan, 27 December.
Hasan, H. (2012). Contemporary Issues Facing the Criminalization of Polygamy. Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah, 12(2).
Hasbullah, & Wahyono, S. (2020). Budaya Paternalistik dalam Perumusan Kebijakan Publik. Yustitia, 21(2).
Ihsani, A. (2021). From the Palace Pendopo to the Pesantren Rooms; The Dynamics of Aristocrats and Kiai Relationship in Sumenep (1750-1950s). Islamuna: Jurnal Studi Islam, 8(1).
Jakfar, K. (2022). Personal communication, Bangkalan, 27 December.
Jannah, H. (2019). Pondok Pesantren sebagai Pusat Otoritas Ulama Madura. Al-Hikmah, 17(2).
Jazuli, M. (2015). Orientasi Pemikiran Kiai Pesantren di Madura. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman, 23(2).
Khoiruddin, M. A., (2014). Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam. Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman, 25(2).
Kuntowijoyo. (2002). Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agrari: Madura. Yogyakarta: Mata Bangsa.
Kurniasih, A., & Raya, M. K. F. (2022). Digitalizing Da'wah and Religious Authorities in Contemporary Indonesia: After the Fall of Religious Leader. Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies, 6(1).
Ma'u, D. H. (2023). The Harmonization of Polygamy Between Islamic Law and Legal Law in Indonesia. Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam, 7(2).
Marhumah. (2015). The Roots of Gender Bias: Misogynist Hadiths in Pesantrens. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 5(2).
Mas'odah. (2022). Personal communication, Pamekasan, 23 December.
Masduki, & Zaini, A. (2022). Nikah Sirri Perspektif Yuridis dan Sosiologis. Syaksia: Jurnal Hukum Perdata Islam, 23(1), 17–29. https://doi.org/10.37035/syakhsia.v23i1.6228
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI. Press.
Mu’in, A., & Hefni, M. (2016). Tradisi Ngabula di Madura (Sebuah Upaya Membentuk Keluarga Sakinah Bagi Pasangan Muda). KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman, 24(1).
Mubakirah, F. (2017). Fenomena Poligami dalam Pergolakan Batin Perempuan dalam Perspektif Islam. Musawa, 9(1), 68–85.
Muhammad. (2022). Personal communication, Sumenep, 21 December.
Munti, R. B. (2018). Poligami Bentuk Diskriminasi Perempuan. Kompas. https://nasional.kompas.com/read/2018/12/15/17250961/lbh-apik-poligami-bentuk-diskriminasi-perempuan
Newman, D. M., & Grauerholz, E. (2002). Sociology of Families. United State of America: Pine Forge Press.
Nurmila, N. (2016). Polygamous Marriages in Indonesia and Their Impacts on Women's Access to Income and Roperty. Al-Jami’ah, 54(2), 427–446. https://doi.org/10.14421/ajis.2016.542.427-446
Rismawati, S. D., & Bakar, M. A. B. A. (2014). Polygamy Marriage: Legal Culture, Optional Political Identity and Marital Status Dilemma (A Case Study in Pekalongan). Al-Ihkam: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, 14(2).
Robi'ah. (2022). Personal communication, Bangkalan, 27 December.
Rostiawati, J., & Khadijah, S. N. (2013). Poligami & Perselingkuhan: Kekerasan Terhadap Perempuan Berbasis Budaya. Jakarta: Komnas Perempuan.
Sa'dan, M. (2015). Poligami Atas Nama Agama. Esensia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 16(1).
Sabri, F. A., Wahyudi, A., & Fatekhul Mujib. (2020). Resistance Strategies of Madurese Moslem Women A Gainst Domestic Violence in Rural Society. Al-Ihkam: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, 15(1).
Saidah. (2022). Personal communication, Sumenep, 21 December.
Sam’ani, S., Rokhmadi, R., Amin, N., Zaini, A., & Sarib, S. (2023). Pragmatism of Polygamous Family In Muslim Society: Beyond Islamic Law. Samarah, 7(1), 321–340. https://doi.org/10.22373/sjhk.v7i1.15874
Shadiq, K. (2022). Personal communication, Bangkalan, 27 December.
Shepard, L.D., (2013). The Impact of Polygamy on Women's Mental Health: a Systematic Review. Epidemiology and Psychiatric Sciences, 22(1).
Sumardi, D. (2015). Poligami Perspektif Keadilan Gender. 'Adliya, 9(1).
Strauss, A., & Corbn, J. (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data, Terj. Muhammad Sodiq dan Imam Muttaqin. Jogjakarta: Pustaka Pelaja.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Susanto, E. (2007). Kepemimpinan (Kharismatik) Kyai dalam Perspektif Masyarakat Madura. KARSA, 11(1).
Syawqi, A. H., Umam, M. K., Ridho, A. A., Ilyas, R. A., & Subakti, T. (2023). Law Omission in Muslim Society: Inquiring Citizen Rights in the Administration of Islamic Family Law in Madura, Indonesia. Samarah, 7(3), 1757–1777. https://doi.org/10.22373/sjhk.v7i3.20048
Thaha, Z. A. (1997). Pemikiran Skripturalis dan Realis yang Menjadi Landasan Pemikiran Teologis Gerakan Sosial NU, dalam Membangun Budaya Kerakyatan. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
Wahid, A. (1983). “Pesantren Sebagai Sub Kultur” dalam Pesantren dalam Perubahan. ed. Dawam Raharjo. Jakarta: LP3ES.
Zainab, S. (2022). Personal communication, Bangkalan, 27 December.
Zulaikha. (2022). Personal communication, Bangkalan, 27 December.
DOI: 10.15408/ajis.v24i1.36237
Refbacks
- There are currently no refbacks.