Pengulu Uten’s Forest Management in Central Aceh: A Perspective of Fiqh al-Bi'ah

Ahyar Gayo, Ihdi Karim Makinara, Syprianus Aristeus, Evi Djuniarti, Ellen Lutya Putri Nungrahani

Abstract

Indonesia's legislation stipulates that forest management involves the active participation of indigenous communities, manifested in the form of pengulu uten in Central Aceh. However, it is essential to examine the degree to which the forest management model implemented by pengulu uten aligns with the principles of fiqh al-bī’ah in Islamic law. This study employs an empirical juridical approach with a qualitative methodology. The data was obtained through a literature review, focus group discussions, and interviews with reje kampung, pengulu uten, and other relevant stakeholders. The findings indicate that pengulu uten plays a significant role in forest management and supervision. They engage in community fostering, counseling, and socialization activities about protected forests, production forests, customary forests, and the utilization of forest resources. The existence of pengulu uten emerged long ago as customary institutions in forest management (in other Aceh regions called Pawang Glee), so in Aceh, their existence is strengthened in the Qanun of Central Aceh Regency No. 10/2002 concerning Gayo Customary Law. However, there may occasionally be inconsistencies in forest management process since the function of pengulu uten is not carried out synergistically with other forestry officials. In light of this, the forest management by pengulu uten is found to be in accordance with fiqh al-bī’ah principles. It includes the protection of nature as the essence of religion, the enhancement of faith through forest management, the responsibility of humans as Khalīfah to safeguard the environment, the practice of al-amr bi al-ma'rūf wa al-nahy ‘an al-munkar in forest management, and the maintenance of ecosystem equilibrium. Hence, this study emphasizes the significance of synergy among the government, pengulu uten, and the community in attaining sustainable forest management following the principles of fiqh al-bī’ah.

  

Abstrak: 

Peraturan perundang-undangan di Indonesia memandatkan pengelolaan hutan dengan melibatkan masyarakat Adat Aceh Tengah yang diwujudkan dalam bentuk pengulu uten. Maka, penting untuk mengkaji sejauh mana keserasian model pengelolaan hutan oleh pengulu uten dengan prinsip fiqh al-bī’ah. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum yuridis empiris dengan metode kualitatif. Data diperoleh melalui studi kepustakaan, FGD, dan wawancara dengan reje kampung, pengulu uten, dan stakeholders. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengulu uten memiliki peran signifikan dalam pengelolaan dan pengawasan hutan. Mereka melakukan kegiatan seperti membina, menyuluh, dan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang hutan lindung, hutan produksi, hutan adat, dan pemanfaatan sumber daya hutan. Eksistensi pengulu uten muncul sejak dulu sebagai lembaga adat dalam pengurusan hutan (di wilayah Aceh lainnya disebut Pawang Glee) sehingga di Aceh, keberadaan mereka dikuatkan dalam Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 10 Tahun 2002 tentang Hukum Adat Gayo. Namun, dalam praktiknya saat ini fungsi pengulu uten tidak dilakukan secara sinergis dengan petugas kehutanan lainnya sehingga terkadang terjadi ketidakseimbangan dalam pengelolaan hutan. Padahal, pengelolaan hutan oleh pengulu uten sesuai dengan prinsip fiqh al-bī’ah yang dinilai baik karena mencakup perlindungan alam sebagai esensi agama, kesempurnaan iman melalui pengelolaan hutan, peran manusia sebagai khalifah yang melindungi alam, amar makruf nahi mungkar dalam pengelolaan hutan, serta menjaga keseimbangan ekosistem. Oleh karena itu, penelitian ini menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, pengulu uten, dan masyarakat dalam mencapai keberlanjutan pengelolaan hutan yang didasarkan pada prinsip fiqh al-bī’ah.


Keywords


forest management; pengulu uten; fiqh al-bī’ah; Central Aceh

References

Abu Bakar, A. (2018). Penerapan Sanksi Tindak Pidana Illegal Logging Di Kawasan Hutan Lindung Ditinjau Dari UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Perusakan Hutan (Studi Kasus Kecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah). Petita : Jurnal Kajian Ilmu Hukum dan Syariah, 3(1). https://doi.org/10.22373/petita.v3i1.4017

Adi. (2023). Personal communication, 11 May.

Ahmad, S., Yamani, Z., & Jamilah, M. (2022). Potensi Konflik Tenurial di Kawasan Hutan Lindung KPH Wilayah II Aceh. Jurnal Sains Pertanian, 12(2).

Akhyar, G., & Muzdalifah, A. (2019). Pertimbangan Pelimpahan Pidana Adat oleh Aparat Gampong ke Jalur Peradilan (Studi Kasus Gampong Lamgugob, Kecamatan Syiah Kuala). LEGITIMASI: Jurnal Hukum Pidana dan Politik Hukum, 8(2). https://doi.org/10.22373/legitimasi.v8i2.5858

Al-Fairusy, M. (2019). Strategi Komunikasi Budaya Mukim Melawan Illegal Logging Pascatsunami Aceh. At-Tanzir.

Ali, M. Y. (2018). An Islamic Model of Marketing Ethics. In Islam, Marketing and Consumption. https://doi.org/10.4324/9781315797335-8

Ampera. (2023). Personal communication, 11 May

Arcilla, N., Holbech, L. H., & O’Donnell, S. (2015). Severe Declines of Understory Birds follow illegal logging in Upper Guinea forests of Ghana, West Africa. Biological Conservation, 188.

Auni, L., Manan, A., & Abubakar, A. Y. (2022). Factors Changing the Gayo Ethnic’s Traditional Marriage Procession in Lut Tawar Sub-District of Takengon, Central Aceh, Indonesia. Samarah, 6(2). https://doi.org/10.22373/sjhk.v6i2.14888

Barnasaputri, I. I. (2021). Jalan Panjang Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat Melalui Peraturan Daerah: Beberapa Persoalan yang Belum Selesai. Notaire, 4(1).

Carrillo Yap, S. L. (2021). The Role of the UNESCO Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage (ICH Convention) in the Protection of Traditional Forest-Related Knowledge (TFRK) of Amazonian Indigenous peoples. International Journal of Human Rights, 25(5), 853–869.

Daniel, M. (2022). Akses Transportasi Medan-Banda Aceh Putus, Hingga Sembako di Aceh Timur Melambung. Aceh Online.

Darmalaksana, W. (2019). Kebijakan Penanggulangan Sampah Kota Bandung: Prespektif fiqih lingkungan. Digilib.Uinsgd.Ac.Id, 1(3).

Dewantara, R. D., & Azis, D. (2021). Evaluasi Kesesuaian Lahan Perkebunan Tembakau di Kabupaten Aceh Tengah Menggunakan Analisis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pendidikan Geosfer, 6(1), 27–35.

Djawas, M., & Samad, S. A. A. (2020). Conflict, Traditional, and Family Resistance: The Pattern of Dispute Resolution in Acehnese Community According to Islamic Law. Samarah: Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam, 4(1), 65–84. http://www.nber.org/papers/w16019

Efendi, E., Zuhri, M., Tarmizi, T., Hadi, A., & Yunanda, R. (2023). Animal Protection in the Perspective of Positive Law and Islamic Law: A Study of Elephant-Human Conflict in Aceh, Indonesia. Samarah, 7(1), 175–196. https://doi.org/10.22373/sjhk.v7i1.15381

Fathurahman, M. (2021). Penanaman Karakter Peduli Lingkungan Melalui Pengajaran Fikih Ekologi Pada Anak Usia Dini. WISDOM: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2).

Fauzi, A. (2019). Otonomi Daerah dalam Kerangka Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Yang Baik. Spektrum Hukum, 16(1), 119.

Gayo, A. A. (2018). Perlindungan Hukum Hak Atas Tanah Adat (Studi Kasus Di Provinsi Aceh Khususnya Kabupaten Bener Meriah). De Jure Jurnal Penelitian Hukum, 18(3), 15.

HB, G., & Hanifah, M. (2018). Pola Perlindungan Hutan Adat Terhadap Masyarakat Adat Di Provinsi Riau Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012. Jurnal Hukum Respublica, 16(1).

Hulaify, A. (2019). Etika Lingkungan Perspektif Hukum Islam. Al Iqtishadiyah: Jurnal Ekonomi Syariah Dan Hukum Ekonomi Syariah, 4(1).

Husin, T. (2016). Kewenangan Pemerintah Aceh dalam Pengelolaan Hutan Aceh. Kanun: Jurnal Ilmu Hukum, 57, 233–248.

Indonesia, W. (2018). Kehilangan Tutupan Pohon di Aceh. WRI Indonesia.

Iskandar, T. D. (2022). 2.945 warga Aceh Barat Terdampak Banjir. Antara News.

Kasim, F. M., & Nurdin, A. (2020). Study of Sociological Law on Conflict Resolution through Adat in Aceh Community According to Islamic Law. Samarah, 4(2), 375–397. https://doi.org/10.22373/sjhk.v4i2.8231

Kehutanan, K. L. H. dan. (2019). Hutan Aceh Terus Menyusut. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Khalid, F. M. (2017). Exploring Environmental Ethics in Islam: Insight from the Qurán and the Practice of Prophet Muhammad. The Wiley Blackwell Companion to Religion and Ecology, April 2017.

Maghfirah, F., Husna, F., Muammar, M., & Muksalmina, M. (2022). Fiqh Al-Bī’ah: Islamic Environmental Ethics In Business Development of Seladang Café. Proceedings of Malikussaleh International Conference on Law, Legal Studies and Social Science (MICoLLS), 2. https://doi.org/10.29103/micolls.v2i.94

Mardhiah, A., Supriatno, S., & Djufri, D. (2018). Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan Lokal dan Pengembangan Hutan Desa di Mukim Lutueng Kecamatan Mane Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan Kependidikan, 4(2), 128.

Masriadi. (2022). Hari Ke-12 Banjir Aceh Tamiang, 3.670 Orang Masih Mengungsi. Kompas.Com.

Miles, M. B., & Hubermen, A. M. (1994). Qualitative Data Analisis. In CEUR Workshop Proceedings.

Misran, M. (2020). Eksistensi Hukum Adat Gayo dalam Menyelesaikan Perkara di Kutacane Aceh Tenggara. LEGITIMASI: Jurnal Hukum Pidana Dan Politik Hukum, 9(1), 67.

MN. Joni. (2023). Personal communication, 23 May.

Muhaimin. (2022). Fatwa MUI Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Pertambangan Ramah Lingkungan Perspektif Maqashid Al-Syari’ah. Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 13(1), 49–64.

Muhammad, A. S., Muhammad, H., Mabrur, R., Abbas, A. S., Firman, A., Mangunjaya, F., Pasha, K. I., & Andriana, M. (2006). Fiqh Lingkungan (Fiqh al-Bī’ah). Pertemuan Menggagas Fikih Lingkungan (Fiqh Al-Bī’ah) Oleh Ulama Pesantren Di Lido, Sukabumi, 9-12 Mei 2004.

Muhammad, F., Hendroyono, B., Supriyono, B., & Wijaya, A. F. (2018). The Influence of the Intelligence of Transglobal Leadership on Good Governance-Based Forest Management. Bisnis & Birokrasi Journal, 23(3).

Muhari, A. (2022). Sebanyak 2.436 Warga Terpaksa Mengungsi Akibat Banjir di Aceh Timur. Badan Penanggulangan Bencana. https://www.bnpb.go.id/berita/sebanyak-2-436-warga-terpaksa-mengungsi-akibat-banjir-di-aceh-timur

Musa, Z. M. (2010). Fiqh Al-Bī’ah: Prinsip Interaksi Manusia dengan Alam Persekitaran. Jurnal Syariah, 18(1).

Nababan, A. (2008). Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Adat: Antara Konsep dan Realitas.

Najmi, I. (2022). Banjir Setinggi Satu Meter Lumpuhkan Transportasi Darat di Aceh. Detik Finance.

Narindrani, F. (2018). Upaya Masyarakat dalam Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan Liar di Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, 18(2).

Nasution, P. (2018). “Wase Glee:” Dari Kearifan Hingga Kenaifan Lokal Para Peramu Hasil Hutan di Aceh. Umbara, 2(1).

Noor, F. (2018). Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasar Prinsip Fiqh Al-Bī’ah. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 3(1).

Noviatur, F. (2020). Tindak Pidana Perusakan Hutan Menurut Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2013 Dan Kajian Fiqh Al- Bi’Ah.

Nugrahani, Farida, & Hum, M. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Cakra Books.

Nuribadah, N. (2022). Eksistensi Pemerintah Aceh Dalam Mengurangi Kerusakan Hutan Aceh. Asia-Pacific Journal of Public Policy, 8(1), 25–35.

Octavia, M. (2022). Asas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pandiangan, E., Ardiansyah, M., & Rusdiana, O. (2017). Analysis of changes in land cover to support the management of Gunung Leuser National Park. Journal of Regional and City Planning, 28(2).

Penelitian, L. A., & Madya, K. (2020). Konsep Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan Lokal Oleh Pawang Uteun ( Pawang Hutan ).

Prakasa, H., Akmal, A. Z., Guci, W. A., & Edi, S. (2018). Analisis HabitaT (Anaphalis Longifolia (Blume) Blume ex DC.) Di Sumatera Utara. Jurnal Biosains, 4(2).

Putra, D. A. (2020). Hutan Adat dalam Perspektif Islam: Studi Kasus Hutan Adat Guguk Propinsi Jambi. Jurnal Indo-Islamika, 5(1).

Putra, R. H. (2018). Masyarakat Aceh dan Konservasi Kawasan Ekosistem Leuser. Prosiding Biotik, 2(1).

Putra, S., Sugianto, S., & Basri, H. (2017). Analisis Perubahan Tutupan dan Lahan Kritis Pada Daerah Tangkapan Air Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Unsyiah.

Rahmat, P. I. S., & Heniarti, D. D. (2022). Penegakan Hukum Pidana Militer terhadap Pelaku Tindak Pidana Illegal Logging oleh TNI. Bandung Conference Series: Law Studies, 2(1).

Rangkuti, R. P., Ketaren, A., & Ridwan, D. (2020). Modal Sosial dan Kearifan Lokan dalam Pengelolaan Hutan: Studi Kasus di Kawasan Hutan Gampong Kunci Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi), 14(2). https://doi.org/10.24815/jsu.v14i2.18894

Riwan, M. (2013). Fiqh EkologiMembangun Fiqh Ekologis Untuk Pelestarian Kosmos. Mazahib Jurnal Pemikiran Hukum Islam, 12(2), 77–88.

Satori, D., & Komariah, A. (2009). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Simandjuntak, R. (2016). Sistem Desentralisasi Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Perspektif Yuridis Konstitusional. Journal de Jure, 7(1).

Siregar, G. T., & Silaban, R. (2020). Penanganan Pelaku Tindak Pidana Illegal Loging Di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Labuhanbatu. Jurnal Darma Agung, 28(2).

Siti Ikramatoun, Khairulyadi, & Riduan. (2020). Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan Hutan Pinus di Kecamatan Linge Aceh Tengah. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI), 1(3), 238–249.

Slamet, B. (2016). Manajemen Hidrologi di Lahan Gambut. Lestari, 1(1).

Sutrisno, S., & Harnedi, J. (2018). Membangun Masyarakat Sadar Wisata dan Sadar Bencaana Di Kawasan Danau Lut Tawar Takengon. Jurnal As-Salam, 2(3).

Syafaat, R. (2008). Negara, Masyarakat Adat dan Kearifan Lokal (I. T. Publishing (Ed.)).

Syahputra, O. H., & Jamilah, M. (2018). Peningkatan Sumberdaya Manusia Melalui Kuliah Umum Kehutanan Di Smkn - Pp Kabupaten Bireuen Aceh dalam Menunjang Pengelolaan Hutan Lestari. RAMBIDEUN : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 1(1), 22–28.

Syaikhu, S., Al Amruzi, M. F., Mujiburrahman, M., & Norwili, N. (2023). Legal Harmonization in the Distribution of Inheritance in the Dayak Ngaju Community in Central Kalimantan, Indonesia. Samarah, 7(1), 195–215. https://doi.org/10.22373/sjhk.v7i1.12410

Tacconi, L., Rodrigues, R. J., & Maryudi, A. (2019). Law Enforcement and Deforestation: Lessons for Indonesia from Brazil. Forest Policy and Economics, 108 (June).

Utomo, S. (2018). Nilai-nilai Kearifan Lokal Hukum Adat dalam Hukum Tanah Nasional. Jurnal Hukum Media Bhakti, 2(1).

Wacth Forest, G. (2020). Kehilangan Hutan Primer Di Subulussalam, Aceh, Indonesia. Global Wacth Forest.

Warsidi, A. (2017). Banjir Bandang Aceh, Walhi: Salah Satunya Akibat Pembalakan Liar. Tempo.Co.

Wiadnyana, N. N. (Ed.). (2015). Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Danau Laut Tawar Aceh Tengah. Amafrad Press.

Yulia, Y., & Herinawati, H. (2022). Sosialisasi dan Penyuluhan Hukum Pengelolaan Hutan Berbasis Kearifan Lokal Di Kabupaten Aceh Utara. Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, 6(3). https://doi.org/10.29407/ja.v6i3.16122

Zhao, D., & Liu, F. (2021). Indigenous Forest Knowledge (IFK) and Nature Reserve Workers’ Perceptions of IFK: A Case Study of Leigongshan National Nature Reserve, China. Journal of Sustainable Forestry, 1–24.

Zuhaili, W. (2016). Tafsir Al-Munir: Aqidah, Syari’ah, Manhaj, Gema Insani.

Zuhdi, M. H. (2015). Rekonstruksi Fiqh Al-Bì’Ah Berbasis Maslahah: Solusi Islam Terhadap Krisis Lingkungan. Istinbath: Jurnal Hukum Islam, 14(1), 42–63.

Zulkifli, Z., & Sastro, M. (2022). Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi Di Sektor Kehutanan di Kabupaten Aceh Tengah. Suloh: Jurnal Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh, 10(1).


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/ajis.v24i1.34518

Refbacks

  • There are currently no refbacks.