Weakening Tradition: The Shifting in Same-Clan Marriage Prohibition in Mandailing Batak
Abstract
Same-clan marriage is prohibited among the Mandailing Batak society. The practice is considered to harm partuturon (designation within the family relationship). However, people have started to violate this prohibition. Sanctions for the violators have no longer been imposed. This indicates the weakening of the customary law in society. This is a legal anthropological inquiry involving observations and interviews with the customary leaders of the Mandailing Batak Society and those who practice the same-clan marriage. This research finds that factors influencing the changes in the same-clan marriage include Islamic teachings, modernity, improvement in education, and people's mobility.
Abstrak: Perkawinan sesama marga dilarang di kalangan masyarakat Batak Mandailing. Praktik tersebut dianggap merugikan partuturon (sebutan dalam hubungan keluarga). Namun, larangan tersebut sudah mulai dilanggar oleh masyarakat. Sanksi bagi pelanggar sudah tidak berlaku lagi. Hal ini menunjukkan melemahnya hukum adat dalam masyarakat. Penelitian antropologi hukum ini menggunakan observasi dan interview kepada para pemimpin adat Masyarakat Batak Mandailing dan mereka yang melakukan perkawinan sesama marga. Penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor seperti modernitas, peningkatan pendidikan, mobilitas, dan ajaran Islam mempengaruhi perubahan perkawinan sesama marga.
Keywords
References
Alam, S. T. (2011). Partuturon: Cara Bertutur Sopan Santun Menurut Adat Tapanuli Selatan. Medan: CV Mitra.
Hadikusuma. (1995). Hukum Perkawinan Adat. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti.
Hadikusuma, H. (1990). Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hamid, S. R. (2000). Buku Pintar Agama Islam. Jakarta: Penebar Salam.
Hasibuan, H. & Harahap (2007). Pluralisme Hukum pada Kasus Perkawina Semarga Etnit Padang Lawas di Kabupaten Tapanuli Selatan. Jurnal Harmoni Sosial, 1 (3).
Hilda, L. (2016). Revitalisasi Kearifan Lokal Dalihan Na Tolu Masyarakat Muslim Mandailing dalam Menjaga Harmonisasi Lingkungan Hidup. Miqoot, XL (1).
Husny, L. (1986). Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Utara. Jakarta: Proyek Penerbit Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
Ishom, M. (2019). The Challengin of Penghulu Marriage Adminitrastor in Border Areas of Indonesia: Entikong and Sekayam, West Kalimantan. Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah, 19 (2).
Lubis, R. (2006). Partuturon dalam Masyarakat Angkola. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 2(1).
Lukito, R. (2008). Tradisi Hukum Indonesia. Yogayakarta: Teras.
Munthe. (2012). Meretas Budaya Masyarakat Batak Toba dalam Cerita Si Galegale. Medan: CV Mitra.
Pasaribu, D. M., & Sukirno. (2017). Perkembangan Sistem Perkawinan Adat Batak di Kota Medan . Diponegoro Law Journal, 6(2).
Pohan, M. (2018). Perkawinan Semarga Masyarakat Migran Batak Mandailing di Yogyakarta. Al-Ahwal, 10 (2)
Prodjohamidjojo. (2011). Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing.
Rasyidin, A. (2009). Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta Timur: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setiady, T. (2013). Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan. Bandung: Alfabeta.
Soekanto. (1992). Inti Sari Hukum Keluarga. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Soekanto, S. &. (1986). Hukum Adat Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Soekanto, S. (2003). Hukum Adat Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suprayitno. (2012). Islamisasi di Sumatera Utara: Studi tentang Batu Nisan di Kota Rantang dan Barus. Miqot, Vol.XXXVI, (1)
Syarifuddin, A. (2006). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Vergouwen, J. (1986). Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Yogyakarta: LKis.
Yaswirman. (2013). Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau. Jakarta: Rajawali Pers.
Interview
Interview with Ahmad Johan Siregar, 2018.
Interview with Ali Kasa Hasibuan, 2018.
Interview with Mantar Harahap, 2018.
Interview with Muhammad Soleh Nasution, 2018.
Interview with Parhimpunan Simamora, 2018.
DOI: 10.15408/ajis.v21i2.23729
Refbacks
- There are currently no refbacks.