Patah Titi and Substitute Heirs: A Study of Legal Pluralism on the Inheritance System in Aceh Community

Khairuddin Hasballah, Ridwan Nurdin, Muslim Zainuddin, Mutiara Fahmi

Abstract

This research analyzes the issue of the practice of inheritance of patah titi and substitute heirs in Acehnese society according to the Compilation of Islamic Law (KHI), Islamic jurisprudence (fiqh) and local custom (adat). This empirical legal research uses a legal pluralism approach. Legal pluralism is a theory that analyzes the diversity of laws applicable and applied in the lives of society and the state. Data collection techniques include in-depth interviews and literature review. The findings reveal that the people of Aceh practice a religious legal system, which consists of the KHI, fiqh, and adat in the distribution of inheritance. In the customary law, the practice known as “patah titi” concerns the case of inheritance in which an heir predeceases the testator, thus preventing the heirs’ living descendants from receiving inheritance rights. The customary practice in regards to patah titi bears a similarity to fiqh, in which it does not recognize a substitute heir, as fiqh only recognizes the replacement of the heir’s position. According to ulamas and traditional leaders, the practice of patah titi causes a divergent of opinions in which some agree whereas others do not. Those who disagree are more likely to use the term “will”, meaning that even though grandchildren do not inherit, sometimes they get property by way of a will. Furthermore, substitute heirs as confirmed in the KHI, although unavailable in fiqh and adat literature, are still recognized as they are in accordance with maqāṣid sharīah (the objectives of Islamic law), i.e. for justice and benefit purposes. To conclude, such a practice is a consequence of legal pluralism, which prioritizes harmonization and integration between the three legal systems.

 

 

 

Abstrak: Penelitian ini menganalisis persoalan praktik pewarisan patah titi dan ahli waris pengganti dalam masyarakat Aceh menurut KHI (Kompilasi Hukum Islam), fikih, dan adat setempat. Penelitian hukum empiris ini menggunakan pendekatan pluralisme hukum. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam dan studi pustaka. Temuan mengungkapkan bahwa masyarakat Aceh menganut sistem hukum agama, yang terdiri dari KHI, fikih, dan adat dalam pembagian warisan. Dalam hukum adat, praktik yang dikenal sebagai patah titi menyangkut kasus pewarisan di mana seorang ahli waris mendahului pewaris sehingga mencegah keturunan ahli waris yang masih hidup untuk menerima hak warisan. Kebiasaan patah titi memiliki kesamaan dengan fikih, yaitu tidak mengenal ahli waris pengganti, karena fikih hanya mengenal pengganti kedudukan ahli waris. Para ulama dan tokoh adat berpendapat bahwa praktik ini menyebabkan terjadinya perbedaan pendapat yang ada yang setuju dan ada yang tidak. Mereka yang tidak setuju lebih cenderung menggunakan istilah “wasiat”, artinya meskipun cucu tidak mewarisi, terkadang mereka mendapatkan harta dengan cara wasiat. Selanjutnya ahli waris pengganti yang ditegaskan dalam KHI, meskipun tidak ada dalam fikih dan literatur adat, tetap diakui sesuai dengan maqashid syariah (tujuan hukum Islam), yaitu untuk tujuan keadilan dan kemaslahatan. Kesimpulannya, praktik semacam itu merupakan konsekuensi dari pluralisme hukum yang mengutamakan harmonisasi dan integrasi antara ketiga sistem hukum tersebut.

 

 

 


Keywords


patah titi; legal pluralism; Acehnese customs; the Compilation of Islamic Law; Islamic inheritance law

References

Abubakar, A. (1998). Ahli Waris Sepertalian Darah; Kajian Perbandingan Terhadap Penalaran Hazairin dan Penalaran Fikih Mazhab. INIS.

Anshary, M. K. (2013). Hukum Kewarisan Islam Indonesia; Dinamika Pemikiran dari Fiqh Klasik Ke Fiqh Indonesia Modern. Mandar Maju.

Arifin, B. (1996). Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia: Akar, Sejarah, Hambatan dan Prospeknya. Gema Insani Press.

Armiadi, A., Yuhermansyah, E., & Santi, A. (2020). Pandangan Ulama Dayah terhadap Warisan Patah Titi Ditinjau Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar). El-USRAH: Jurnal Hukum Keluarga, 3(2). https://doi.org/10.22373/ujhk.v3i2.7697

Arwan, F. M. (1995). Silang Pendapat Tentang Ahli Waris Pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam dan Pemecahannya. In Mimbar Hukum, No. 23 Jakarta (p. 54).

Ash-Shabuni, M. A. (1979). Al-Mawaris Fi Al-Syari’ati Al-Islami. ’Alim al-Kutub.

Azizy, A. Q. (2002). Eklektisisme Hukum Nasional: Kompetisi Antara Hukum Islam dan Hukum Umum,. Gama Media.

Berman, P. S. (n.d.). Federalism and International Law Through the Lens of Legal Federalism and International Law Through the Lens of Legal Pluralism Pluralism.

Bowen, J. R. (2003). Islam, Law and Equality: An anthropology of Public Reasoning. Cambridge University Press.

Daud, Mohd. K., & Akbar, R. (2020). Hareuta Peunulang: Protection of Women in Aceh according to Customary and Islamic law. SAMARAH: Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam, 4(1), 259. https://doi.org/10.22373/sjhk. v4i1.5921

Efendi, J. (2018). Strategi Majelis Adat Aceh (Maa) Dalam Melestarikan Budaya Aceh. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, 2(2), 147. https:// doi.org/10.22373/al-idarah.v2i2.4422

Fauzi, F. (2019). The Concept of Patah Titi: The Problem of Inheritance and Its Solution in Aceh Tengah. Studia Islamika, 26(1). https://doi.org/10.15408/ sdi.v26i1.6529

Fikri & Wahidin, F. & W. (2017). Konsepsi Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Adat (Analisis Kontekstualisasi dalam Masyarakat Bugis). Al-Ahkam: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, 2(2). https://doi.org/10.22515/al-ahkam.v2i2.500

Friedman, L. M. (2009). A Legal System: A Social Science Perspective . Nusa Media.

Hadikusuma, H. (2003). Hukum Waris Adat. PT. Citra Aditya Bakti.

Haeratun. (n.d.). Analisis Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam Tentang Ahli Waris Pengganti. Jurnal Hukum Jatiswara.

Haniru, R. (2014). Hukum Waris di Indonesia Perspektif Hukum Islam dan Hukum Adat. Al-Hukama: The Indonesian Journal of Islamic Family Law, 04(02).

Harahap, Y. (1992). Mimbar Hukum Aktualisasi Hukum Islam. Al Hikmah dan Ditbinbapera Islam.

Hazairin. (1982). Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an dan Hadits. Tinta Mas.

Ismail, B. (2018). Interview with Badruzzaman Ismail, Head of MAA Aceh Province.

Kasim, F. M., & Nurdin, A. (2020). Study of sociological law on conflict resolution through Adat in Aceh community according to Islamic law. In Samarah (Vol. 4, Issue 2). https://doi.org/10.22373/sjhk.v4i2.8231

Komari, K. (2015). Eksistensi Hukum Waris di Indonesia: Antara Adat dan Syariat. Asy-Syari’ah, 18(1). https://doi.org/10.15575/as.v18i1.656

Mustofa, M. (2017). Ahli Waris Pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam. Inklusif (Jurnal Pengkajian Penelitian Ekonomi dan Hukum Islam), 2(2), 33. https:// doi.org/10.24235/inklusif.v2i2.1551.

Pratama, P., & Kurniati, Y. (n.d.). Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan dan Patah Titti Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam di Daerah Masyarakat Gayo Aceh Tengah. Wacana Paramarta: Jurnal Ilmu Hukum.

Puspa, Y. P. (1977). Kamus Hukum. Aneka Ilmu.

Rahman, F. (1994). Ilmu Waris. Al-Ma’arif.

Pedoman Pelaksana Tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, Direktoral Jenderal Badan Peradilan Agama (2013).

Rifqi. (2018). Hukum “Patah Titi” Sebagai Metode Pembagian Warisan pada Masyarakat Adat Gayo Aceh Tengah," Master’s.

Rofiq, A. (2001). Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Gama Media.

Sabri, M., & Hanifuddin, I. (2012). Harta dalam Konsepsi Adat Minangkabau. Juris, 11(1).

Salim, A. (2015). Contemporary Islamic Law in Indonesia: Sharia and Legal Pluralism. Edinburgh University Press.

Salim, A. (2016). Pluralisme Hukum Sebagai Kerangka Analisis Studi Politik Hukum Islam. Speech on the Inauguration of Professors of UIN Syarif Hidayatullah.

Salim, & Nurbani, E. S. (2017). Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi. Rajawali Press.

Sumardi, D. (2016). Islam, Pluralisme Hukum, dan Refleksi Masyarakat Homogen. Asy-Syirah Jurnal Ilmu Syaria’ah Dan Hukum, 50(2).

Sumardi, D., Lukito, R., & Ichwan, M. N. (2021a). Legal pluralism within the space of Sharia: Interlegality of criminal law traditions in Aceh, Indonesia. In Samarah (Vol. 5, Issue 1). https://doi.org/10.22373/sjhk.v5i1.9303

Sumardi, D., Lukito, R., & Ichwan, M. N. (2021b). Legal Pluralism within the Space of Sharia: Interlegality of Criminal Law Traditions in Aceh, Indonesia. Samarah: Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam, 5(1), 426. https://doi. org/10.22373/sjhk.v5i1.9303

Surwansyah, A. (2005). Suatu Kajian Tentang Hukum Waris Adat Masyarakat Bangko Jambi. Diponegoro.

Syahrizal. (2004). Hukum Adat dan Hukum Islam di Indonesia: Refleksi terhadap Beberapa Bentuk Integrasi Hukum dalam Bidang Kewarisan di Aceh. Nadia Foundation.

Syarifuddin, A. (2004). Hukum Kewarisan Islam. Prenada Media.

Usman, A. (2018). Interview with Tgk. Abdullah Usman, Leader of Dayah Inshafuddin.

Wahib, A. B. (2014). Reformasi Hukum Waris Di Negara-Negara Muslim. Asy- Syir’ah Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 48(1).

Yaswirman. (2011). Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam Masyarakat Matrinial Minangkabau. Rajawali Press.

Zada, K., & Irfan, M. N. (2021). Negotiating Sharia in Secular State: A Case Study in French and Germany. Samarah: Jurnal Hukum Keluarga Dan Hukum Islam, 5(1), 47. https://doi.org/10.22373/sjhk.v5i1.9753

Zamzami, D. (2018). Interview with Tgk. Daud Zamzami, Deputy Chairperson of MPU Aceh.


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/ajis.v21i2.22792

Refbacks

  • There are currently no refbacks.