The Government’s Role in Decreasing Divorce Rates in Indonesia: The Case of Aceh and South Sulawesi

Mursyid Djawas, Ridhwan Ridhwan, Soraya Devy, Asmaul Husna

Abstract

This study discusses the increase in divorce rates in Indonesia, especially in Aceh and South Sulawesi. This study investigates factors affecting the increase of divorce rates and the role of the government in decreasing the divorce rates. This research is an empirical legal study that used structural functionalism theory and role theory. Data was collected through questionnaires, interviews, and document studies. This study concludes that the factors that influence the increase in divorce rates in Indonesia, especially in Aceh and South Sulawesi, are economy, education, the lack of religious understanding, social media, early marriage, and the lack of empathy on the rights and obligations of husband/wife. As a result, the high divorce rate in Indonesia negatively affects children, families and the nation. The government's efforts to address this reality are by holding out pre-marital courses, preaching marriage sermons to strengthen family and prevent a divorce, holding happy family contests, and designing a marriage guidance module for brides and grooms. These efforts, in the sociology of law context, are the government's function and role in anticipating the increasing divorce rates so the social system stability can be maintained.

 

Abstrak:

Penelitian ini membahas upaya pemerintah dalam menurunkan angka perceraian  di Indonesia khususnya di Aceh dan Sulawesi Selatan. Studi ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya perceraian dan dampak yang disebabkannya. Sumber data dalam penelitian hukum empiris  ini adalah kuisioner, wawancara, dan studi dokumen. Data-data  tersebut kemudian diolah menggunakan  teori  fungsionalisme struktural dan teori peran. Temuan dalam penelitian menjelaskan bahwa penyebab meningkatkan perceraian di Aceh dan Sulawesi Selatan adalah ekonomi, pendidikan, kurangnya pemahaman agama, media sosial, pernikahan dini, dan kurangnya empati terhadap kewajiban suami/istri.  Tingginya perceraian ini berdampak negatif kepada anak, keluarga, dan bangsa. Upaya pemerintah untuk mengatasi kenyataan ini adalah dengan mengadakan kursus pranikah, khotbah nikah untuk memperkuat keluarga dan mencegah perceraian, mengadakan kontes keluarga bahagia, dan merancang modul panduan pernikahan untuk calon pengantin. Upaya-upaya tersebut, dalam konteks sosiologi hukum, merupakan fungsi dan peran pemerintah dalam menjaga stabilitas sistem sosial.



Keywords


Divorce Rate; Structural Functionalism; Social System Stability

References

Abubakar, M., (2020). Meningkatnya Gugat Cerai Pada Mahkamah Syar’iyah, Kanun: Jurnal Ilmu Hukum 22 (2): 301-322.

Abdurrahman, (2007). Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo.

Afandi, M. (2014). Hukum Perceraian di Indonesia: Studi Komparatif Antara Fikih Konvensional, UU Kontemporer di Indonesia dan Negara-Negara Muslim Perspektif HAM dan CEDAW, Jurnal Ahwal 7 (2): 192-201

Ali, A. dan Heryani, W. (2012). Menjelajah Kajian Empiris terhadap Hukum, Jakarta: Kencana.

Ali, A., dan Heryani, W. (2012), Sosiologi Hukum, Jakarta: Kencana.

Amiruddin dan Asikin Z. (2013). Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Press.

Anderson, J.N.D., (1959). Islamic Law In Modern World, London: Oxford University Press.

Duh, Angka Perceraian Indonesia tertinggi di Asia Pasifik, https://lifestyle.okezone.com/read/2013, 23 Desember 2013.

Fauzi, (2017). Ṣuwar al-ḥaḍānah ba‘da al-ṭalāq fī Aceh al-Wusṭá, Studia Islamika 24 (1): 99-150.

Fuady, M. (2013). Teori-Teori dalam Sosiologi Hukum, Jakarta: Kencana, 2013.

Hirdayardi, I., Diansyah H., (2017). Mediasi Berdasarkan Perma No. 1 Tahun 2008) (Studi kasus Pada Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh), Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam 1 (1): 207-225.

Jakfar, T. M dan Baharuddin, N. F, (2018). Peran Majelis Sulh dalam Penyelesaian Hak Hadhanah Pasca Perceraian (Studi Kasus di Mahkamah Syariah Kabupaten Tawau, Provinsi Sabah, Negara Malaysia), Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam 2 (1): 195-215.

Kalam, M., Umur A., Sadhrina N., (2019). Faktor Penyebab Meningkatnya Gugat Cerai (Studi Kasus di Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh), El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga 2 (1): 243-258.

Kalsum, U. (2019). Pertimbangan Hakim Terhadap Nafkah Isteri dalam Kasus Cerai Talak di Pengadilan Agama Watampone Kelas 1 A, Jurnal Yurisprudentie 6 (2): 248-264.

Kasim, M. F. dan Abidin, N. (2020), Study of Sociological Law on Conflict Resolution Through Adat in Aceh Community According to Islamic Law, Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam 4 (2): 375-397.

Kasmawati A., Sumarni B dan Bakhtiar (2016). Faktor terjadinya Perceraian di Kota Makassar (Studi pada Kantor Pengadilan Agama Kelas I A Makassar, Jurnal Supremasi XI (1): 37-46.

Khairuddin, Badri dan Auliyana N. (2019). Pertimbangan Hakim terhadap Putusan Nafkah Perceraian (Analisis Putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh No. 1/Pdt.G/2019/Ms.Aceh, El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga 2 (1): 164-189.

Mahmood, T. (1987). Personal Law In Islamic Countries: History, Teks And Comparative Analysis, New Delhi: Time Press.

Mansari, Jauhari, I, Yahya A. & Hidayana, M. I. (2018). Hak Asuh Anak Pasca Terjadinya Perceraian Orangtua Dalam Putusan Hakim Mahkamah Sya’iyah Banda Aceh, Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies 4 (2): 103-124.

Martono, N., (2016). Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Rajawali Press.

Marzuki, P.M. (2014). Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

Sanusi, N.T., (2017). Perceraian dalam Perundang-Undangan Negara Muslim (Studi Perbandingan Hukum Keluarga Islam Pakistan, Mesir dan Indonesia), Jurnal al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam 4 (2): 323-344.

Salim A. (et.al), (2009). Demi Keadilan Dan Kesetaraan Dokumentasi Program Sensitivitas Jender Hakim Agama Di Indonesia, Jakarta: PUSKUMHAM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan The Asia Foundation.

Sallatu, A. (2019). Efektivitas Pemenuhan Hak Anak setelah Perceraian (Studi Kasus Kota Makassar, Jurnal al-Iqtidhady 1 (2): 1-10.

Sarniadi, Nurhikmah dan Qadaruddin M., (2019). Bimbingan Mediasi dalam Penangan Perceraian di Pengadilan Agama: Analisis Perspektif Bimbingan Konseling Islam, Indonesian Journal of Islamic Counseling 1 (1): 20-55.

Salim dan Nurbani, E. S. (2017). Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis (Buku Kedua), Jakarta: Rajawali Persada.

Syarifuddin, A., (2011). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Sugiono, (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Ritzer, G., Goodman, D.J., (2004), Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Jakarta: Kencana.

Tekan Angka Perceraian, Kemenag-BP4 Perkuat Sinergi, https://www.republika.co.id/berita/qgiuzy370, 12 September 2020.

Interview with Ahmad Marjan, Head of Islamic Community Guidance, Central Aceh District, July 18, 2019.

Interview with Ambo Sakka Ambo, Head of Islamic Community Guidance for Makassar City, July 2, 2019.

Interview with Arsyad, Head of Makassar City Ministry of Religion, July 3, 2019.

Interview with Asmullah, Academics In Makassar City, July 4, 2019.

Interview with Asy'ari, Head of Islamic Community Guidance at the Ministry of Religion, Lhokseumawe City, July 13, 2019.

Interview with Asy'ari, Head of the Banda Aceh City Ministry of Religion, July 14, 2019.

Interview with Husrina, Pengulu at the Office of the Ministry of Religion, Maros Regency, South Sulawesi, July 10, 2019.

Interview with Juniazi, Head of Subdivision of Public Relations, Ministry of Religion, Banda Aceh City, Aceh, July 14, 2019.


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/ajis.v21i1.20870

Refbacks

  • There are currently no refbacks.