Dowry Amount in Aceh-Indonesia and Selangor-Malaysia: Between State Regulations and Customs

Musyaffa Amin Ash-Shabah, Nahrowi Nahrowi, Masyrofah Masyrofah

Abstract

This study examines the legal considerations in settling inheritance disputes involving land distribution in Selong Religious (Islamic) Court of East  Nusa Tenggara. The data in this study were obtained from interviews and court decision analysis. This study shows that the practice of granting property before the death of the muwārith (testator) can cause inheritance-based land disputes in the future. Disputes usually arose when the land was distributed only to particular heirs, neglecting the others, especially the daughters and their descendants. In deciding the land disputes in inheritance cases, judges evermore considered the legal validity of the land distribution. Besides that, the judges use Islamic legal sources such as the Quran, Hadith, opinions of scholars, and fiqh in their legal considerations. However, the use of these multiple references does not necessarily lead to a diverse outcomes.

 

 

 

Abstrak: Penelitian ini membahas praktik pemberian mahar dalam perkawinan masyarakat Aceh, Indonesia dan Selangor, Malaysia. Studi ini mengkaji ketentuan kadar mahar dalam perundang-undangan Indonesia dan Malaysia serta penerapannya di tengah masyarakat. Sumber data dalam penelitian hukum empiris ini adalah wawancara dan studi dokumen. Data-data tersebut kemudian diolah menggunakan teori realisme hukum dan teori ‘urf. Temuan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa ketentuan kadar mahar dalam perundang-undangan Indonesia berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan. Namun, dalam praktiknya aturan adat Aceh menjadi pilihan masyarakat dalam menentukan dan menetapkan kadar mahar. Penetapan kadar mahar di Aceh ditentukan oleh pihak keluarga perempuan yaitu mahar mitsl, yang diberikan dalam bentuk emas dengan sebutan mayam. Berbeda dengan kadar mahar Negeri Selangor yang ditentukan oleh Pemerintah Kerajaan Negeri dengan kadar minimum RM 300.00 yang merupakan kesatuan antara mahar dan hantaran untuk gadis maupun janda. Kenyataannya di masyarakat terdapat beberapa orang Selangor yang masih menetapkan sendiri nilai hantaran yang harus diserahkan kepada pihak perempuan.


Keywords


dowry amount; Aceh Traditional Assembly (MAA); Selangor Islamic Religious Affairs (JAIS)

References

Aceh, MPU. (2016). Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Mahar Dalam Perspektif Fiqh, Undang-Undang Dan Adat Aceh. https://mpu.acehprov.go.id/uploads/Fatwa MPU No 5 Tahun 2016 tentang Mahar dalam perspektif Fiqh, Undang-undang dan Adat Aceh.pdf.

Al-Syawkānī, Muhammad ‘Alī. (1993). Aḥādîs al-Aḥkām Nayl al-Auṭār. 6th ed. Dar al-hadith.

Ali, Hasbi Muh. (2013). “Mahar Sebagai Satu Bentuk Jaminan Sosio-Ekonomi Wanita: Kajian Di Tawau, Sabah.” Universiti Malaya Kuala Lumpur.

Ali, Mahrus. (2017). “Pemetaan Tesis Dalam Aliran-Aliran Filsafat Hukum Dan Konsekuensi Metodologisnya.” Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 24(2): 213–31.

Analiansyah, Muhammad Iqbal.( 2018). “Pengembalian Tanda Pertunangan Karena Gagal Pernikahan (Analisis Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Mahar Dalam Perspektif Fiqh, Undang- Undang Dan Adat Aceh).” El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga 1(2): 246–60. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/usrah/article/view/7636.

Barus, Zulfadli. (2013). “Analisis Filosofis Tentang Peta Konseptual Penelitian Hukum Normatif dan Penelitian Sosiologis.” Dinamika Hukum 13(2): 311–12.

Burhanuddin, A. Gani, and Ainun Hayati Ainun Hayati. (2017). “Pembatasan Jumlah Mahar Melalui Keputusan Musyawarah Adat Kluet Timur.” Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam 1(1): 174.

Damis, Harijah. (2016). “Dowry Through The Perspective of Fiqh And Statutory Regulations An Analysis of Court Decision Number 23 K/AG/2012.” Yudisial 9(1): 19–35.

Daud, Syamsuddin. (2014). Adat Meukawen. Aceh: Majelis Adat Aceh.

Friedman, Lawrence M. (2009). The Legal System-A Social Science Perspective. Bandung: Nusamedia.

Habsatul Murniyati, Teuku Kemal Fasha. (2020). “Tradisi Jeulamee Di Pasee Bagian Utara : Kajian Antropologi Budaya Di Kecamatan Dewantara.” 4(2): 225–36.

Hakim, Nurul. (2014). “Mengkaji Kembali Eksistensi Mahar Perkawinan Di Aceh Pidie Sebagai Upaya Menimalisasi Rendahnya Angka Perkawinan Pada Pasangan Usia Mapan (Rancangan Konsep Mahar: Sebuah Revitalisasi Syariat Islam dan Hukum Adat).” Juridikti 7(3): 38–49. https://ejurnal. iainlhokseumawe.ac.id/index.php/al-mabhats/article/view/807/534.

Hasan, Mustofa. (2011). Pengantar Hukum Keluarga. Bandung: Pustaka Setia.

Husin, Syh Noorul Madinah Syed, Raihanah Hj Azahari, and Asmak Ab. Rahman. 2016. “Marriage Expenses among Muslim Community : A Literature Review.” Jurnal Fiqh 13(13): 23–56.

Ibrahim, Siti Zaleha.( 2017). “Gejala Kahwin Lewat: Implikasinya Terhadap Maqasid Al-Syariah.” In Muzakarah Fiqh & International Fiqh Conference, Shah Alam, 62.

Indonesia, Komisi Yudisial Republik. (2017). Etika Dan Budaya Hukum Dalam Peradilan. Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia.

Jaafar, Ahmad Baei. “Dara Atau Janda, Mas Kahwin Tetap RM 300,.” http://ww1. utusan.com.my.

Kasan, Hasnan. (2006). “Prosedur Mengeluar Dan Menguatkuasa Fatwa Di Semenanjung Malaysia.” Jurnal undang-Undang dan Masyarakat 10: 1–19.

Kebudayaan, Pusat Penelitian Sejarah. 1979. Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Balai Pustaka.

Khallāf, Abd al-Wahhāb. (1978). ‘Ilmu al-Uṣūl al-Fiqh. Damaskus: Dar al-Qalam.

M. Atho’ Muzhar, Khairuddin Nasution. (2003). Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern (Studi Perbandingan dan Keberanjakan UU Modern Dari Kitab-Kitab Fikih). Jakarta: Ciputat Press.

Mahmud Ibrahim. (2016). Mahar Dalam Prespektif Fiqh, Undang-Undang Dan Adat Aceh. Aceh: Majelis Permusyawaratan Aceh.

Maxwell, Sweet and. (2017). Islamic Family Law in Malaysia. Selangor: Thomson Reuters.

Nasohah, Zaini. (2005). “Undang-Undang Penguatkuasaan Fatwa Di Malaysia.” Islamiyyat 27(1): 25–43.

Nasution, Khoirudin. (2013). Hukum Perkawinan I Dilengkapi Perbandingan UU Negara Muslim Kontemporer. Yogyakarta: Academia.

Othman, Kemalia. (2009). “Mas Kahwin Selangor Dinaik Kepada RM300.” Mstar: 1. https://www.mstar.com.my/lokal/semasa/2009/12/10/mas-kahwin-selangor-dinaik-kepada-rm300.

Rofiq, Ahmad. (2015). Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Salim HS, Erlies Septiana Nurbani. (2017). Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi. 5th ed. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Shobirin, Muhammad. (2013). “Studi Komparasi Penerapan Mahar Di Indonesia Dan Malaysia.” UIN Maulana Malik Ibrahim.

Soelaiman, Darwis A. 2011. Kompilasi Adat Aceh. Banda Aceh: PUSMA.

Sufi, Rusdi, and Agus Budi Wibowo. Adat-Istiadat dan Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Aceh. Aceh: Majelis Adat Aceh.

Supriyanta. (2016). Realisme Hukum Dan Kritiknya Terhadap Positivisme Hukum.

Taufiqurohman, Nadzif Ali Asyari, Nisno bin Mohd Djahri, Rizki Pangestu, Muhammad Mutawali, Iqbal Subhan Nugraha, Abdul Aziz, M. Yusuf Siddik, Musyaffa Amin Ash Shabah, Fatroyah Ars Himsyah, Budi Juliandi, Eti Yusnita. 2021. Pembaharuan Hukum Keluarga di Dunia Islam. ed. Ali Mutakin. Bandung: Media Sains Indonesia.

Tutik, Titik Triwulan.(2015). Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Kencana. https://books.google.co.id/s?id=8qRPDwAAQBAJ&pg=P A299&lpg=PA299&dq=mencar+jawa+adalah&source=bl&ots=8TwmKkdD Ol&sig=ACfU3U2EAJ5pvoDYCpefxDevy4lrhwJO8w&hl=en&sa=X&out put=html_text.

Utami, Sandias. (2015). “Rekonseptualisasi Kadar Mahar Berbasis Kesederhanaan Dan Kemudahan (Studi Pasal 31 Inpres No. 1 Tahun 1991) Tentang Kompilasi Hukum Islam.” UIN Maulana Malik Ibrahim.

Wakil, Muhammad Najib Abd, and Che Maryam Ahmad. (2017). “A Dower in Pahang: A Current Appraisal.” Journal of Contemporary Islamic Law 2(2): 61–73.

Warjiyati, Sri. (2020). Ilmu Hukum Adat. Yogyakarta: Deepublish.

Yuliza. (2020). “Adat Perkawinan Dalam Masyarakat Aceh.” Al-Mabhats, Jurnal Penelitian Sosial Agama 5(1): 131–59. https://ejurnal.iainlhokseumawe.ac.id/ index.php/al-mabhats/article/view/807/534.

Yusoff, Zurita Mohd. (2008). “Amalan Pemberian Mas Kahwin Di Malaysia.” Jurnal Islam dan Masyarakat Kontemporari 1: 43–57.

Zein, Satria Effendi dan M. 2005. Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana.

Interview

Interview with Adim Hidayat bin Mukim, 2018.

Interview with Abdul Halem Hapiz Bin Salihin, 2018.

Interview with Badruzzaman Ismail, 2018.

Interview with Faisal Ali, 2018.

Interview with Mukhlis M, 2018.

Interview with Muhammad Iqbal, 2018.

Interview with Shaumiati, 2018.

Interview with Saifullah, 2018.

Interview with Syariffudin bin Mustafa, 2018.

Interview with Siti Mariam bint Saffi, 2018.


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/ajis.v21i2.19673

Refbacks

  • There are currently no refbacks.