Quo Vadis: Konsep Meaningful Participation sebagai Implikasi Putusan MK No. 91/PUU-XVIII/202 dalam Menunjang Hak Konstitusional
Abstract
Low public participation in the political process certainly results in democracy being ineffective. The lack of socialization in the community, both in discussions regarding academic texts and in material regarding amendments to the quo law during meetings in various community groups, proves that the implementation of meaningful participation is not being implemented well. The aim and purpose of writing this article is to ensure that studies and reviews of government policies governing meaningful participation such as Law Number 13 of 2022 concerning the Second Amendment to Law Number 12 of 2011 concerning the Formation of Legislative Regulations can be carried out. The research method used in this article is normative juridical. The significance of this article is that it is hoped that it can provide an academic basis for the government to realize the appropriate and effective implementation of meaningful participation. The conclusion of this article is that it is hoped that the government can create a space for deliberative discussion and use clear nomenclature in legislation to avoid the potential for government arbitrariness in supporting the constitutional rights of its people.
Keywords: Meaningful Participation; Constitutional Rights; Job Creation Law
Abstrak
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam proses politik tentu mengakibatkan demokrasi menjadi tidak efektif. Minimnya sosialisasi kepada masyarakat, baik dalam pembahasan terkait naskah akademik maupun dalam materi amandemen undang-undang a quo pada saat pertemuan di berbagai kelompok masyarakat, membuktikan bahwa penerapan meaningful participation tidak terlaksana dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memastikan kajian dan tinjauan mengenai kebijakan pemerintah yang mengatur mengenai meaningful participation seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dapat dilakukan. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah yuridis normatif. Signifikansi dalam artikel ini adalah diharapkan dapat memberikan landasan akademik bagi pemerintah untuk mewujudkan penerapan meaningful participation yang tepat dan efektif. Kesimpulan dalam artikel ini adalah diharapkan pemerintah dapat menciptakan ruang diskusi deliberatif dan penggunaan nomenklatur yang jelas dalam peraturan perundang-undangan guna menghindari potensi terjadinya kesewenang-wenangan pemerintah dalam menunjang hak konstitusional rakyatnya.
Keywords: Meaningful Participation; Hak Konstitusional; Undang-Undang Cipta Kerja
Full Text:
PDFReferences
Buku
Alexy, R. (2010). A Theory of Constitutional Rights. Oxford: Oxford University Press.
Brock, K., Cornwall, A., & Gaventa, J. (2001). Power, knowledge and political spaces in the framing of poverty policy. Brighton: Institute of Development Studies.
Mustafa, B. (1990). Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Rousseau, J. J. (1986). Kontrak Sosial, terj. Rahayu Surtiati Hidayat dan Ida Sundari Husen. Jakarta: Dian Rakyat.
Wintgens, L. (2012). Legisprudence: practical reason in legislation. Surrey: Ashgate Publishing, Ltd.
Internet
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. (2020). Laporan Hasil Penelitian Pengujian Formil Undang-Undang oleh Mahkamah Konstitusi: Urgensi dan Batu Uji. Dikutip dari
https://www.mkri.id/public/content/infoumum/penelitian/pdf/hasilpenelitian_edit_111_Laporan%20Hasil%20Penelitian%20UNPAD%20Web.pdf
Pratama, A. (2021). MK: Pembentukan UU Ciptaker Omnibus Law Cacat Formil. 25 November 2021. Dikutip dari https://kumparan.com/kumparannews/mk-pembentukan-uu-ciptaker-omnibus-law-cacat-formil-1wzG8MquvVe
Sjarif, F. (2022). Arti Meaningful Participation dalam Penyusunan Peraturan. 13 Juli 2021. Dikutip dari https://www.hukumonline.com/klinik/a/arti-imeaningful-participation-i-dalam-penyusunan-peraturan-lt62ceb46fa62c0
Southern African Legal Information Institute. (2006). South Africa: Constitutional Court. 17 Agustus 2006. Dikutip dari http://www.saflii.org/za/cases/ZACC/2006/11.html
Jurnal
Arnstein, S. R. (1969). A ladder of citizen participation. Journal of the American Institute of planners, 35(4), 216-224.
Asshiddiqie, J. (2004). Mahkamah Konstitusi Dan Pengujian Undang-Undang. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 11(27), 1-6.
Hirma & Syamsir. (2023). Kajian Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020 Tentang Undang-Undang Cipta Kerja: Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020. Limbago: Journal of Constitutional Law, 3(1), 22-37.
Paputungan, M., & Bakhri, S. (2023). Menyoal Pemenuhan Partisipasi Masyarakat yang Bermakna dalam Pembentukan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara. Al-Qisth Law Review, 6(2), 274-300.
Pratama, N. A. (2022). Meaningful Participation Sebagai Upaya Kompromi Idee Des Recht Pasca Putusan MK No. 91/PUU-XVIII/2020. CREPIDO, 4(2), 137-147.
Rishan, I. (2021). Konsep Pengujian Formil Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi. Jurnal Konstitusi, 18(1), 001-021.
Prastyo, A. (2022). Limitation of Meaningful Participation Requirements in the Indonesian Law-Making Process. Jurnal Hukum dan Peradilan, 11(3), 405-436.
Rizqi, A. R. (2022). Meaningful Participation in Local Regulation Making in Indonesia: A Study of Legislative Law. Rechtsidee, 10(11).
Thorpe, J., Gaventa, J., & Quak, E. J. (2019, June). Building participatory and inclusive institutions: Bringing meaningful participation into economic decision-making. In UNTFSSE International Conference in Geneva (pp. 25-26).
Peraturan Perundang-Undangan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU/XVIII/2020 tentang Pengujian Formil Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
DOI: https://doi.org/10.15408/sjsbs.v10i3.32560 Abstract - 0 PDF - 0
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.