Analisis Desentralisasi Asimetris Pada Pengangkatan Penjabat (PJ) Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Abstract
One of the impacts arising from the implementation of simultaneous elections and elections is the existence of vacancies in regional heads in several provinces and districts. To fill the vacancy, an Acting PJ was appointed by the Government. Rapture acting regional head as stipulated in the provisions of Article 201 paragraph (9) of the Law 10 of 2016 raises questions about its application in the DKI Jakarta Provincial Government. As regions with a special status different from other regional governments, Jakarta places the Governor with great authority, including appointing and dismissing the Mayor and Regent in Article 29 of 2007, which is indeed placed as an acting administrative task. Because of that great authority, the mechanism for electing the Governor of DKI Jakarta is more specialized, namely meeting the number of votes 50%, and if it is not fulfilled, a second round of elections will be held. This is done so that The governor elected by the people is truly of the will of the majority of the people because later the Governor has great authority. Given the specificity possessed by DKI Jakarta Government, hence the application of Article 201 paragraph (9) of Law Number 10 of 2016 is questionable, especially from its constitutionality.
Keywords: Simultaneous Elections; Asymmetric Decentralization; Acting Regional Heads; DKI Jakarta
Abstrak
Salah satu dampak yang muncul dari pelaksanaan pemilu dan pemilukada serentak adalah adanya kekosongan jabatan pada kepala daerah di beberapa provinsi dan kabupaten. Sebagai upaya untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut, maka diangkat Penjabat (PJ) oleh Pemerintah. Pengangkatan Penjabat (PJ) Kepala Daerah sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 201 ayat (9) Undang-Undang 10 Tahun 2016 menimbulkan pertanyaan penerapannya di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebagai daerah yang memiliki status kekhususan yang berbeda dengan pemerintahan daerah lain, DKI Jakarta menempatkan Gubernur dengan kewenangan yang besar, termasuk mengangkat dan memberhentikan Walikota dan Bupati yang dalam desain Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007, memang ditempatkan sebagai pelaksana tugas administratif. Karena kewenangan yang besar itu, mekanisme pemilihan Gubernur DKI Jakarta lebih dikhususkan lagi yaitu memenuhi jumlah suara 50%, dan jika tidak terpenuhi akan dilakukan putaran kedua pemilihan. Hal tersebut dilakukan agar Gubernur yang dipilih oleh masyarakat adalah benar-benar dari kehendak mayoritas masyarakat sebab nantinya Gubernur memiliki kewenangan yang besar. Mengingat kekhususan yang dimiliki Pemerintahan DKI Jakarta, maka penerapan Pasal 201 ayat (9) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 patut dipertanyakan terutama dari konstitusionalitasnya.
Kata Kunci: Pemilu Serentak; Desentralisasi Asimetris; Penjabat Kepala Daerah; DKI JakartaFull Text:
PDFReferences
Alma’arif, and Megandaru W. Kawuryan, ‘Memikirkan Kembali Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta Tahun 2022: Antara Gubernur Dan Pejabat Pelaksana’, JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6.1 (2021), 73–85
Anggraini, Titi, ‘Akuntabilitas Pengisian Penjabat Kepala Daerah’, Rumahpemilu.Org, 2022, p. https://rumahpemilu.org/akuntabilitas-pengisian-pe
Astuti, Indriyani, ‘Penujukkan Penjabat Di Daerah Otonomi Khusus Dan Istimewa Berpotensi Timbulkan Masalah’, Media Indonesia, 2022
Baharudin, ‘Konstitusi, Desain Daerah Khusus/Istimewa Dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia Menurut’, Masalah-Masalah Hukum, 45.2 (2016), 85–92
Basyari, Iqbal, and Dian Dewi Purnamasari, Pemilu ‘Lima Kotak’ Tinggal Setahun Lagi (Jakarta, 2023)
Cahyaningsih, Annisa, and Ardyanto Fitrady, ‘The Impact of Asymmetric Fiscal Decentralization on Education and Health Outcomes: Evidence from Papua Province, Indonesia’, Economics and Sociology, 12.2 (2019), 48–63
Christia, Adissya Mega, and Budi Ispriyarso, ‘Desentralisasi Fiskal Dan Otonomi Daerah Di Indonesia’, Law Reform, 15.1 (2019), 149
Evendia, Malicia, and Ade Arif Firmansyah, ‘Legal Convergence in Building Asymmetric Decentralization Models for Accelerating Regional Development’, in Proceedings of the Universitas Lampung International Conference on Social Sciences (ULICoSS 2021), 2022, DCXXVIII, 596–603
Haris, Syamsudin, Ramlan Surbakti, Ikrar Nusa Bhakti, Saldi Isra, Kuskridho Ambardi, Nico Harjanto, and others, Pemilu Nasional Serentak 2019, ed. by Syamsuddin Haris, I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)
Hartono, C.F.G. Sunariyati, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20 (Bandung: Alumni, 1994)
Hollenbeck, John R., Aleksander P.J. Ellis, Stephen E. Humphrey, Adela S. Garza, and Daniel R. Ilgen, ‘Asymmetry in Structural Adaptation: The Differential Impact of Centralizing Versus Decentralizing Team Decision-Making Structures’, Organizational Behavior and Human Decision Processes, 114.1 (2011), 64–74
Jumadi, and Haunan Fachry Rohilie, ‘Asymmetric Decentralization and Paradigm Shift in the Development of Border Areas of Indonesia’, International Journal of Arts and Social Science, 5.7 (2022), 257–64
Kansil, C.S.T., and Christine Kansil, S.T., Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Hukum Administrasi Daerah, 3rd edn (Jakarta: Sinar Grafika, 2008)
Khaerina, Hafiza, ‘Perbandingan Kebijakan Desentralisasi Asimetris Antara Filipina Selatan Dan Indonesia’, Jurnal Prodi Peperangan Asimetris, 3.2 (2017), 39–63
Konstitusi, Mahkamah, ‘Pemilu Secara Serentak Bertujuan Menguatkan Sistem Presidensial’, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2022
———, Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 15/PUU-XX/2022 (Indonesia: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2022), p. 48
Lele, Gabriel, ‘Asymmetric Decentralization and the Problem of Governance: The Case of Indonesia’, APP: Asian Politics and Policy, 11.4 (2019), 544–65
Madubun, Jusuf, Haedar Akib, and Jasruddin, ‘The Prototype Model of Asymmetric Decentralization in Providing Public Services to The Island Areas’, Mediterranean Journal of Social Sciences, 8.2 (2017), 209
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, 10th edn (Jakarta: Kencana, 2015)
Muhammad, Sapta Murti, ‘Urgensi Otonomi Khusus Batam’, Rechtsvinding, 1.April (2012), 75–92
Muluk, Mujib Rahmat Khairul, ‘Systematic Literature Review On Asymmetric Decentralization’, BISNIS & BIROKRASI: Jurnal Ilmu Administrasi Dan Organisasi, 28.2 (2021), 96–105
Patarai, Muhammad Idris, Desentralisasi Pemerintahan Dalam Perspektif Pembangunan Politik Di Indonesia (Makassar: De La Macca, 2016)
Patricia, Laurene, ‘Krisis Demokrasi Akibat Pengangkatan Pejabat Gubernur DKI Jakarta Tanpa Suara Rakyat’, Jurnal Pendidikan Tambusai, 7.1 (2023), 1469
Perludem, Konstitusionalitas Pemilu Lima Kotak Dan Beban Kerja Penyelenggara Ad Hoc (Jakarta, 2021)
Prasetyo, Andik K. D., Jusuf Madubun, Didin Halim, Andi Aco Agus, and Andi Muhammad Rivai, ‘Asymmetric Decentralization in Different Eras : Indonesia ’ s Experience’, in ASEAN Academic Summit, 2022, I, 37–44
Pratama, Andhika Yudha, ‘Pelaksanaan Desentralisasi Asimetris Dalam Tata Kelola Pemerintahan Daerah Di Era Reformasi, Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan’, Jurnal Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 28.1 (2015), 8
Rahman, Faiz, ‘Rasionalitas Desentralisasi Asimetris Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia’, in Pemerintah Dan Pemerintahan Daerah: Refleksi Pada Era Reformasi, 2018, pp. 46–56
Rahmatunnisa, Mudiyati, Reginawanti Hindersah, and Tri Hanggono Achmad, ‘Why Regions with Archipelagic Characteristics in Indonesia Also Need Asymmetric Decentralization?’, Jurnal Bina Praja, 10.2 (2018), 251–61
Rizkiyansyah, Ferry Kurnia, ‘Penjabat Kepala Daerah Di Tahun Pemilu 2024’, Sindonews.Com, 2021, p. https://nasional.sindonews.com/read/771405/18/penj
Rumokoy, Prisca O, ‘Politik Hukum Desentralisasi Fiskal Di Era Otonomi Daerah’, XXI.3 (2013), 86
Saiman, Politik Perbatasan (Malang: Inteligensia, 2017)
Santoso, Topo, and Ida Budiati, Pemilu Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2018)
Sedyawati, Edi, Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktora Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional, Proyek inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1986)
Sesung, Rusdianto, Hukum Otonomi Daerah (Negara Kesatuan, Daerah Istimewa, Daerah Otonomi Khusus (Bandung: Refika Aditama, 2013)
Simanjuntak, Kardin M, ‘Implementasi Kebijakan Desentralisasi Pemerintahan Di Indonesia’, Jurnal Bina Praja, 7.2 (2015), 111–30
Sucipto, ‘Pemilu 2019 Naik Anggaran 61 Persen’, 2023
Tauda, Gunawan A, ‘Desain Desentralisasi Asimetris Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia’, Administrative Law and Governance Journal, 1.4 (2018), 413–35
Triwahyuningsih, ‘The Reviewing Concept of Asymmetric Decentralization in The Special Region of Yogyakarta’, Jurnal Daulat Hukum, 4.3 (2021), 189
Wawan Ichmanuddin; Aisah Putri Budiatri; Dini Suryani; Atika Nur Kusumaningtyas; Dian Aulia; Khanisa; Nyimas Latifah Letty Aziz; Pandu Yuhsina Adaba, Sarah Nuraini Siregar; Yusuf Maulana, Menuju Pemilu Serentak Yang Efektif Dan Demokratis, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2020, I
DOI: https://doi.org/10.15408/sjsbs.v10i3.32559 Abstract - 0 PDF - 0
Refbacks
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.