Изменения полномочий и положения Народного консультативного конгресса после внесения поправок в Конституцию Республики Индонезии (Shifting Authority and Position of the People's Consultative Assembly after the Amendment to the Constitution of the Republic of Indonesia)
Abstract
After the amendment to the 1945 Constitution, there was a shift in the authority and position of the People's Consultative Assembly of the Republic of Indonesia. Previously the MPR was the highest state institution, but after that it was only a high institution like other high state institutions. The position of the MPR when compared to the world parliament model, is similar to the Russian Federal Assembly or the Congress in the United States which is a joint institution between the upper house and lower house. But uniquely the MPR is different, it is not only a joint institution, but has the authority with its own duties and functions. This study uses a qualitative method, with a statutory and literature approach. The results of the study stated that there were several shifts in the authority and position of the MPR after the amendment to the 1945 Constitution. Among them were no longer being the highest state institution, only being a joint institution while still having its own duties and functions, not authorized to form the Outlines of State Policy, no longer authorized elect the president and vice president, and rigid authority to dismiss the president and vice president.
Keywords: People's Consultative Assembly; Authority; position; The 1945 Constitution.
Abstrak:
Pasca perubahan Konstitusi UUD 1945 maka terjadi pergeseran kewenangan dan kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Sebelumnya MPR menjadi lembaga tertinggi negara namun setelahnya ia hanyalah lembaga tinggi sebagaimana lembaga tinggi negara lainnya. Kedudukan MPR bila dibandingkan dengan model parlemen dunia, mirip dengan Majelis Federal Rusia atau Konggres di Amerika Serika yang menjadi lembaga gabungan antara majelis tinggi dan majelis rendah. Namun uniknya MPR berbeda, ia tidak hanya menjadi lembaga gabungan, tetapi memiliki kewenangan dengan tugas dan fungsi tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan perundang-undangan dan literature. Hasil penelitian menyatakan bahwa terjadi beberapa pergeseran wewenang dan kedudukan MPR pasca perubahan UUD 1945. Diantaranya adalah tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, hanya menjadi lembaga gabungan dengan tetap memilik tugas dan fungsi tersendiri, tidak berwenang membentuk Garis-Garis Besar Haluan Negara, tidak lagi berwenang memilih presiden dan wakil presiden, dan kewenangan rigid dalam memberhentikan presiden dan wakil presiden.
Kata Kunci: Majelis Permusyawaratan Rakyat; Kewenangan; Kedudukan; Konstitusi UUD 1945.
Изменения полномочий и положения Народного консультативного конгресса после внесения поправок в Конституцию Республики Индонезии
Аннотация:
После внесения поправок в Конституцию 1945 г. произошли изменения в полномочиях и положении Народного консультативного конгресса Республики Индонезии. Предварительно, MPR был верховным государственным учреждением, а потом стал только высшим учреждением, как и другие высшие государственные учреждения. Положение MPR по сравнению с моделью мирового парламента аналогично Федеральному собранию России или Конгрессу США, который является совместным учреждением верхней и нижней палат. Однако MPR уникально отличается тем, что он является не только совместным учреждением, но и имеет полномочия со своими обязанностями и функциями. В этом исследовании используется качественный метод с законодательным и литературным подходами. Результаты исследования показали, что после внесения поправок в Конституцию 1945 г. произошло несколько изменений в полномочиях и положении MPR. Среди них, MPR больше не является верховным государственным учреждением, а является только совместным учреждением, но при этом имеет свои собственные обязанности и функции, не имеет права формировать Общие направления государственной политики, больше не имеет права избирать президента и вице-президента, и не имеет жестких полномочий по увольнению президента и вице-президента.
Ключевые слова: Народный консультативный конгресс; Полномочие; Положение; Конституция Республики Индонезии 1945 г.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Articles:
Ariyanto, Bambang. (2020). “Reformasi Struktur Parlemen, Langkah Penguatan DPD,” Perspektif Hukum, Vol. 20 No.1 Mei 129-154. DOI: 10.30649/ph.v20i1.80.
Azzahra, Farida. (2021). “Rekonstruksi Kewenangan Presiden Dalam Pembentukan Undang-Undang Sebagai Upaya Penguatan Sistem Presidensial Indonesia.” Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 18 No. 2 – Juni. pp.153-167.
Dayanto; Karim, Asma. (2014) “Efektifitas Fungsi Parlemen Dewan Perwakilan Daerah Dalam Mewakili Aspirasi Masyarakat Daerah Maluku,” Jurnal Tahkim, Vol. 10, nomor 1, Juni. DOI : 10.33477/thk.v10i1.70.
Efriza, (2019). “Refleksi: Menghidupkan Kembali Eksistensi Mpr Dan Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN),” Administratio: Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Volume 10, Nomor 2.
Hadi, Syofyan. (2015). “Penguatan Sistem Presidensial Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia,” DIH, Jurnal Ilmu Hukum, Agustus, Vol. 11, No. 22.
Hardianto, Hanif; Herawati, Ratna. (2020). “Ambiguitas Hasil Pemantauan dan Evaluasi Dewan Perwakilan Daerah terhadap Rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah,” Volume 15. Nomor 1. June. Page 93-110.
Isra, Saldi. (2004). Penataan Lembaga Perwakilan Rakyat, Sistem Trikameral di Tengah Supremasi DPR. Jurnal Konstitusi, Vol. 1 No.1, Juli.
Lekipiouw, Sherlock Halmes. (2018). “Konstruksi Kelembagaan Perwakilan Dalam Pelaksanaan Asas Kedaulatan Rakyat,” SASI Vol. 24 No. 1, Januari - Juni.
Nugraha, Harry Setya. (2017). “Pemurnian Sistem Presidensil Dan Parlemen Dua Kamar Di Indonesia Sebagai Gagasan Perubahan Uud 1945,” Jurnal Hukum Novelty, Volume 8, Nomor 1, Februari.
Nugraha, Harry Setya. (2018). “Gagasan Amandemen Ulang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” Lex Renaissance, Vol. 3, Nomor 1, Januari.
Pirmansyah, Miki. (2014). “Eksistensi Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Bikameral Di Indonesia,” Jurnal Cita Hukum, Vol. I No. 1 Juni.
Satrio, Abdurrachman. (2015). “Fungsi Legislasi Majelis Tinggi Di Indonesia Dan Jerman: Perbandingan Antara Dpd Dengan Bundesrat (Legislaive Funcion of Upper House in Indonesia and Germany: Comparison Between DPD and Bundesrat),” Jurnal Rechtsvinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 4, Nomor 3, Desember.
Susanto, Mei. (2016). “Hak Budget DPR dalam pengelolaan keuangan negara (Budget Right in State Finance Management),” Jurnal Rechtsvinding: Media Pembinaan Hukum Nasional, Volume 5, Nomor 2, Agustus.
Yunus, Nur Rohim. (2014). Kontroversi Pembentukan Perppu No. 1 Tahun 2013 Tentang Mahkamah Konstitusi Dalam Ranah Kegentingan Yang Memaksa, Jurnal Cita Hukum, Vol. 2 No. 1.
Yunus, Nur Rohim. (2017). Referendum patterns in general regional challenges of regional head in 2015 in three Districts; Tasikmalaya, Blitar And North Timor. Jurnal Cita Hukum, Vol. 5 No. 2.
Book:
Asshiddiqie, Jimly. (2009). Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Sinar Grafika, cet. Pertama.
Hadjon, Philipus M. (1987). Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi Negara, Surabaya: Bina Ilmu.
Huda, Ni’matul. (2006). Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers.
Manan, Bagir. (2003). DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 BARU, Yogyakarta: FH UII Press.
Morissan, (2005). Hukum Tata Negara RI, Era Reformasi, Jakarta: Ramdina Prakarsa.
Tutik, Titik Triwulan. (2011). Kontruksi hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Cet. Ke-2, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Panduan Pemasyarakatan, Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, Edisi: Cet. XI, 2012.
DOI: https://doi.org/10.15408/jch.v10i1.25807 Abstract - 0 PDF - 0
Refbacks
- There are currently no refbacks.
License URL: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/citahukum/index