Perspektif Utilitas Teknologi Digital dalam Ruang-Ruang Kebudayaan Kasepuhan Ciptagelar Dibandingkan dengan Perspektif Ruang Dunia Konvensional
Abstract
Masyarakat adat seringkali dikaitkan dengan ketakutan terhadap teknologi dengan pandangan bahwa mereka merupakan sebuah komunitas yang berperan sebagai tonggak utama pelestari tradisi dan adat istiadat. Ketakutan tersebut datang karena mereka khawatir dengan datangnya teknologi akan membuat mereka melupakan kewajibannya untuk melestarikan tradisi. Di sisi lain, masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar telah berinovasi mengenai teknologi di lingkungan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis definisi teknologi sebagai budaya massa yang bergeser menjadi sebuah budaya yang justru dianggap adilihung bagi masyarakat adat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif dengan pendekatan teori ruang Sarah Upstone dan relativisme budaya Franz Boas. Penelitian dilakukan melalui sistem wawancara terbuka, studi pustaka terhadap kajian literatur mengenai Ciptagelar, dan menyaksikan video dokumenter. Hasil dari penelitian ini terbukti bahwa perspektif manusia dalam ruang yang berbeda dapat mengubah suatu definisi atau indikator tertentu yang diyakini sebagai inovasi budaya dan reduplikasi budaya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman empirik dan linimasa yang tidak sama dalam mengenal perkembangan teknologi yang dianggap sebagai budaya massa. Ketidakterukuran indikator mengenai inovasi itu sendiri menjadi sebuah bukti bahwa budaya tidak dapat dikarakterisasi dengan hanya menggunakan sudut pandang satu dunia, misal dunia konvensional saja. Karena suatu kebudayaan harus dilihat menggunakan konteks kebudayaan yang tepat berdasarkan di mana ruang tersebut berada dan seperti apa karakteristiknya.
Keywords
DOI: 10.15408/sd.v11i2.40029
Refbacks
- There are currently no refbacks.