Konsep Max Weber tentang Kepemimpinan Karismatik

Authors

  • Zaini Muchtarom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.15408/ref.v2i3.14341

Keywords:

Kepemimpinan, Karismatik, Krisis, Kharisma

Abstract

Krisis kepemimpinan yang dihadapi Indonesia saat ini memunculkan keinginan masyarakat untuk menemukan sosok pemimpin yang dapat mengembalikan kepercayaan yang hilang. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan mengenai perlunya pemimpin yang karismatik. Kepemimpinan karismatik mengandung unsur misterius yang memikat banyak orang, didasarkan pada kepercayaan intuitif dan hubungan emosional antara pemimpin dan pengikutnya. Ketaatan para pengikut terhadap pemimpin karismatik muncul karena penghargaan atas ketulusan hati dan misi pemimpin yang dianggap memiliki nilai spiritual tinggi. Hal ini menimbulkan sejumlah pertanyaan: Apa sebenarnya kharisma yang dianggap misterius dan memikat itu? Bisakah perilaku yang mencerminkan kepemimpinan karismatik diidentifikasi sehingga esensinya dapat dipahami? Apa yang membedakan kepemimpinan karismatik dari bentuk kepemimpinan lainnya? Dan, bisakah kharisma ditransformasikan atau dibentuk melalui pelatihan? Artikel ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat kepemimpinan karismatik serta relevansinya dalam situasi krisis kepemimpinan di Indonesia.

References

Bendix, Reinhard. Max Weber: An Intellectual Portrait, New York: Anchor Books, 1962.

Lawler, E.E. “Leadership in Participative Organization,” dalam Leaders and Managers: International Perspectives on Managerial Behavior and Leadership, Elsford, N.Y.: Pergamon Press, 1984.

Weber, Max. The Theory of Social and Economic Organization, (trans.), New York: Oxford University Press, 1947.

Weber, Max. Sociology of Religion, (trans.), Boston, 1964.

Downloads

Published

2000-12-23

Issue

Section

Articles

How to Cite

Konsep Max Weber tentang Kepemimpinan Karismatik. (2000). Refleksi: Jurnal Kajian Agama Dan Filsafat, 2(3), 175-186. https://doi.org/10.15408/ref.v2i3.14341