REKONSTRUKSI HUKUM KELUARGA MELALUI PENDIDIKAN PRA-NIKAH: ANALISIS PERBANDINGAN KERANGKA HUKUM INDONESIA DAN MALAYSIA
Abstract
Abstract. The regulation of premarital education in Indonesia has not succeeded in reducing the divorce rate in Indonesia. Weak regulations, unclear standardization, and the nature of the program that is recommended and only required in 2024 which tends to be formalistic are the main factors. This study aims to analyze the regulation of pre-marital education and its effect on divorce in Indonesia and Malaysia. The researcher used a qualitative method by reviewing various literatures and data obtained from journal articles, books, and news. The results show the need to reconstruct the law to tighten the provisions, centralize management at the Ministry of Religious Affairs through BP4, and make premarital education a mandatory requirement that is not just a formalistic implementation. Malaysia's experience, which has successfully reduced the divorce rate, can be emulated even though it is still constrained in its implementation, which needs to be addressed by conducting socialization related to the importance of the program, evaluating the duration of the program, and evaluating the resource persons or presenters. Thus, future Indonesian and Malaysian pre-marital education regulations are expected to be able to prepare couples to form a socially, emotionally and spiritually healthy family to prevent long-term social dysfunction, one of which is divorce.
Abstrak. Regulasi pendidikan pranikah belum berhasil menekan angka perceraian di Indonesia. Lemahnya regulasi, ketidakjelasan standarisasi, serta program yang bersifat anjuran dan baru diwajibkan pada 2024 yang cenderung formalistik menjadi faktor utama. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap regulasi mengenai pendidikan pra nikah dan pengaruhnya terhadap perceraian di Indonesia dan Malaysia. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan wawancara dan mengkaji berbagai literatur serta data yang diperoleh dari artikel jurnal, buku, berita, dan data statistik. Hasil penelitian menunjukkan perlunya melakukan rekonstruksi ke tingkat undang-undang guna memperketat ketentuan, memusatkan pengelolaan pada Kementrian Agama Melalui BP4, serta menjadikan pendidikan pranikah sebagai syarat wajib yang tidak hanya sekedar pelaksanaan yang formalistik. Pengalaman Malaysia, yang sukses menekan angka perceraian dapat dicontoh meski masih terkendala dalam implementasinya yang perlu untuk dibenahi dengan melakukan sosialisasi terkait pentingnya program, evaluasi durasi program, serta evaluasi bagi para narasumber atau pemateri. Dengan demikian regulasi pendidikan pra nikah Indonesia dan Malaysia di masa mendatang diharapkan mampu menyiapkan pasangan yang sehat secara sosial, emosional, dan spiritual untuk mencegah disfungsi sosial jangka panjang yang salah satunya adalah perceraian.
Keywords
References
Bidayati, K., dkk. (2020). Strengthening family institution through pre-marital course: Comparative study between Indonesia and Malaysia. Al-Risalah: Forum Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan, 20(2). https://doi.org/10.30631/alrisalah.v20i2.600
Faisal, A. (2007). Efektivitas BP4 dan perannya dalam memberikan penataran atau bimbingan pada calon pengantin. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gazi, dkk. (2022). Koherensi kebijakan ketahanan keluarga dan tumpang tindih mandat penyelenggaraan pendidikan pra nikah di Indonesia. Harmoni, 12(2). https://doi.org/10.32488/harmoni.v21i2.640
Haizan, R. Y. A. (2023). Pengamat: Perceraian di Malaysia naik 43 persen tahun lalu karena lockdown COVID-19. Diakses 15 Februari 2025, dari https://www.cna.id/asia/malaysia-perceraian-meningkat-karena-lockdown-pandemi-covid-19-selama-dua-tahun-11626
Hakim, M. S. (2016). Sekolah pra-nikah lembaga keagamaan Islam dan prospek penekanan tingkat perceraian di Kota Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga.
Hayati, R. (2011). Modul kursus praperkahwinan Islam: Kajian terhadap keberkesanannya di Jabatan Agama Islam Negeri Perak Darul Ridzuan. Universiti Malaya. https://studentsrepo.um.edu.my/5101/1/MODUL_KURSUS_PRAPERKAHWINAN_ISLAM
Hasyim, J. F., dkk. (2020). Pre-marriage course in Indonesia and Malaysia in the perspective of maslahah and human right theory. AHKAM, 20(1). https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/view/16188/7716
Hidayat, D. (2020). Regulasi srifikai pranikah ditinjau dari kaidah maslahah dan mafsadat dalam hukum Islam. Istinbath: Jurnal Hukum, 17(1). https://doi.org/10.32332/istinbath.v17i1.2239
Irfan, N. (2020). Asas lex superior, lex specialis, dan lex posterior: Pemaknaan, problematika, dan penggunaannya dalam penalaran dan argumentasi hukum. Legislasi Indonesia, 16(3).
Jabatan Kemajuan Islam Malaysia. (2016). Pedoman pelaksanaan kursus pra perkahwinan Islam berdasarkan modul bersepadu kursus pra perkahwinan Islam (MBKPI). Selangor Darul Ehsan: Mihas Grafik, Sdn.Bhd.
Jamil, & Muhammad, N. E. (2020). Implikasi kursus pra nikah dalam membentuk keluarga sakinah di Kota Gorontalo. As Syams: Jurnal Hukum Islam, 1(2).
Kranenburg, R., & Sabaroedin, T. B. (1989). Ilmu negara umum (Cet. XI). Jakarta: Pradnya Paramita.
Linda, A. (2012). Analisis perceraian dalam kompilasi hukum Islam. Jurnal Al-‘Adalah, 9(2). https://dx.doi.org/10.24042/adalah.v10i2.295
Malec, A. (2001). Legal reasoning & logic. Studies In Logic Grammar & Rhetoric, 4(17). https://sciendo.com/journal/SLGR
Marzuki, A. (2016). Fenomena perceraian dan penyebabnya studi kasus Kota Cilegon. Jurnal Bimas Islam, 9(4).
Marzuki, P. M. (2016). Penelitian hukum. Jakarta: Kencana.
Matondang, A. (2014). Faktor-faktor yang mengakibatkan perceraian dalam perkawinan. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik, 2(2). https://doi.org/10.31289/jppuma.v2i2.919
Naily, N., & Riza, K. (2013). Hukum Keluarga Islam Asia Tenggara Kontemporer. Lembaga Penelitian UIN Surabaya.
Olson, D. H., & Defrain, J. (2006). Marriage & The Family: Intimacy, Diversity, and Strength. Mountain View, CA.
Omar, N., dkk. (2018). Penelitian terhadap pelaksanaan kursus pra perkahwinan Islam di Malaysia. Prosiding Seminar Kebangsaan Majlis Dekan Pendidikan Universiti Awam. http://eprints.unisza.edu.my/id/eprint/1465
Portal Resmi Jabatan Pendaftaran Negara Kementrian Dalam Negeri. (2023). Statistik 2023. Diakses 15 Februari 2025, dari https://www.jpn.gov.my/my/39-informasi/statistik/3004-statistik2023
Rahardjo, S. (2006). Hukum dalam Jagat Ketertiban. UKI Press.
Rahardjo, S. (2009). Hukum Progresif. Genta Publishing.
Saidon, R., dkk. (2017). Preventing illegal marriages in the light of maqasid al-shariah. Pertanika Journal of Social Sciences and Humanities, 25(5). http://www.pertanika.upm.edu.my/
Salleh, N. H. M. (2020). Kursus kahwin atau ‘sembang seks’? Pengkritik persoal kursus dua hari untuk pasangan Islam. Diakses 14 Februari 2025, dari https://www.malaysianow.com/my/news/2020/12/06/kursus-kahwin-atau-sembang-seks-pengkritik-persoal-kursus-dua-hari-untuk-pasangan-islam
Stanley, S. M. (2006). Premarital education, marital quality, and marital stability: Findings from a large, random household survey. Journal of Family Psychology, 20(1). https://doi.org/10.1037/0893-3200.20.1.117
Van der Vlies, I. C. (2005). Handboek Wetgeving (L. Doludjawa, Trans.). Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI.
Vranes, E. (2005). Lex superior, lex specialis, lex posterior. International Law, 65.
Wawancara dengan Achmad Syauki, Penghulu Kepala KUA Kecamatan Tebet (12 Maret 2024).
Wawancara dengan Abdul Aziz, Penghulu KUA Kecamatan Tebet (12 Maret 2024).
Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Prenadamedia Group.
DOI: 10.15408/harkat.v21i1.45090
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2025 Jaenal Aripin, Maman Rahman Hakim, Kamarusdiana Kamarusdiana, M. Ridho Ilahi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.