SELF DISCLOSURE DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI LAKI-LAKI FEMININ DI MEDIA SOSIAL DALAM STEREOTIPE GENDER
Abstract
Abstract. Self-expression creates a position where the feminine is always associated with women, while men are always synonymous with masculine. However, the phenomenon of feminine men appears to be a differentiator among most men in general, giving rise to gender discrimination or discrimination in perspective in social reality. The purpose of this study is to find out, and understand the factors that cause men to become feminine, how men's self-disclosure on social media and its impact. This research uses a descriptive qualitative approach with data collection techniques in the form of direct observation and in-depth interviews and testing data through source triangulation. The results of this study show that the factors that cause men to become feminine are internal and external factors, especially the environment, the implications of the presence of social media provide a breath of fresh air for them to Self disclosure which confirms that they are feminine men. The reality that is built is actually reversed due to the impact of the freedom of expression of feminine men where one side is seen as effeminate, but the reality actually raises them as influencers.
Abstrak. Pengekspresian diri menciptakan suatu kedudukan posisi di mana feminin itu selalu berhubungan dengan perempuan, sedangkan laki-laki selalu identik dengan maskulin. Namun, fenomena laki-laki feminin muncul menjadi pembeda di antara kebanyakan laki-laki umumnya, sehingga menimbulkan diskriminasi gender atau diskriminasi cara pandang dalam realitas sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui, dan memahami faktor yang menyebabkan laki-laki menjadi feminin, bagaimana self-disclosure laki-laki di media sosial dan dampaknya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi langsung serta wawancara mendalam serta melakukan uji data melalui triangulasi sumber. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor penyebab laki-laki menjadi feminin adalah faktor internal dan eksternal terutama lingkungan, Implikasi hadirnya media sosial memberikan angin segar bagi mereka untuk Self disclosure yang menegaskan bahwa mereka adalah laki-laki feminin. Realitas yang terbangun justru terbalik dikarenakan dampak dari kebebasan berekspresi laki-laki feminin dimana satu sisi dipandang banci, akan tetapi realitasnya malah memunculkan mereka sebagai influencer.
Keywords
References
Abidin, K., & Djabbar, Y. (2019). A Symbolic Interaction Analysis of Waria (Transgender Women) in Makassar-Eastern Indonesia. Society, 7(2), 195–212.
Bachdar, Z. A., Rusdi, M. P. P., & Sampoerna, M. I. P. (2024). SELF PRESENTATION LELAKI FEMINIM DI MEDIA SOSIAL. Nubuwwah: Journal of Communication and Islamic Broadcasting, 2(01), 25–40.
Ching, A., & Azeharie, S. (2021). Studi Komunikasi Pengungkapan Diri Remaja Laki-Laki Feminin. Koneksi, 5(1), 200–208.
DeVito, J. A., & DeVito, J. (2019). The interpersonal communication book. Instructor, 1(18), 521–532.
Dewi, R., & Janitra, P. A. (2018). Dramaturgi dalam media sosial: Second account di Instagram sebagai Alter Ego. Jurnal Ilmu Komunikasi (JKMS), 7(1), 340–347.
Emeraldien, F. Z., Aulia, A. D., & Khelsea, Y. O. (2019). The use of Finstagram as a platform for self-disclosure. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 85–96.
Khairani, N., & Rodiah, I. (2023). Kekuatan Media Sosial untuk Meningkatkan Eksistensi LGBT. Journal of Feminism and Gender Studies, 3(2), 107–120.
Khavifah, N., Lubis, F. O., & Oxcygentri, O. (2022). Konstruksi Sosial Stereotip Laki-Laki Feminin. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(22), 510–518.
Loos, T. (2020). Reading gender trouble in Southeast Asia. The Journal of Asian Studies, 79(4), 927–946.
Manda, D., & Suardi, S. (2015). Perempuan maskulin. Equilibrium: Jurnal Pendidikan, 3(1).
Novitaria, V., & Rusdi, F. (2021). Analisis Komentar Followers terhadap Identitas Gender Beauty Influencer Laki-Laki di Instagram. Koneksi, 5(2), 252–259.
Nurhadi, Z. F. (2018). Model Komunikasi Sosial Laki-Laki Feminim. Jurnal Ilmu Komunikasi, 16(3), 271–282.
Ramdhan, M. (2021). Metode penelitian. Cipta Media Nusantara.
Safrudin, S. K. M., Mulyati, S., Rosni Lubis, S. S. T., & Keb, M. (2019). Pengembangan Kepribadian dan Profesionalisme Bidan. Wineka Media.
Sihombing, H. L. S., & Rakhmad, W. N. (2019). Pemaknaan Khalayak Terhadap Androgini Pada Akun Instagram Andreas Lukita. Interaksi Online, 7(4), 350–360.
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kualitatif untuk Penelitian yang Bersifat: Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif. Alfabeta.
Sumardiono, N. (2022). Representasi identitas gender influencer laki-laki dengan ekspresi gender feminin di Instagram. Bricolage: Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 8(1), 109–123.
Tambunan, M. S., & Simbolon, H. (2024). Pengaruh Self Image Terhadap Self Disclosure pada Pengguna Instagram dan Tiktok. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(1), 2189–2202.
Widiani, P. (2020). The Unconventional Beauty: Study on Indonesian and American Male Beauty Influencers. Universitas Gadjah Mada.
Wulandari, R. A. (2018). Identitas Homoseksual dalam Novel Tiba Sebelum Berangkat Karya Faisal Oddang (Kajian Teori Queer Judith Butler). Jurnal Sapala (5), 1, 1–14.
Yulia, R., & SM, A. E. (2016). Diskriminasi pada Pria Bergaya Feminin. Professional: Jurnal Komunikasi Dan Administrasi Publik, 3(1).
DOI: 10.15408/harkat.v20i2.36994
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Septia Nurul Hidayah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.