KEANEKARAGAMAN SIANOBAKTERI DI SUNGAI KELINGI KOTA LUBUKLINGGAU, SUMATERA SELATAN
Abstract
Abstrak
Sungai Kelingi di Kota Lubuklinggau memiliki kondisi perairan yang tercemar. Sampai saat ini belum ditemukan kajian berkaitan dengan sianobakteri di Sungai Kelingi Kota Lubuklinggau. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keanekaragaman sianobakteri dan faktor abiotiknya. Berdasarkan hasil penelitian, sianobakteri yang ditemukan terdiri atas 1 kelas, 2 ordo, 3 famili, 5 genus, dan 5 spesies. Nilai rata-rata keanekaragaman sianobakteri adalah 1,41, dengan keanekaragaman tertinggi berada di stasiun 3 dengan nilai 1,27 dan terendah berada di stasiun 2 dengan nilai 0,66. Nilai rata-rata dominansi sianobakteri adalah 0,43, dengan dominansi tertinggi berada di stasiun 2 dengan nilai 0,53 dan terendah berada di stasiun 3 dengan nilai 0,30. Sementara itu, nilai rata-rata keseragaman sianobakteri adalah 0,52, dengan keseragaman tertinggi berada di stasiun 3 dengan nilai 0,71 dan terendah berada di stasiun 2 dengan nilai 0,36. Hasil pengukuran faktor abiotik di Sungai Kelingi adalah: suhu 25 °C, oksigen terlarut 43,63 mg/L, keasaman 7,29 dan kecerahan 72,47 cm. Dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman sianobakteri di Sungai Kelingi Kota Lubuklinggau tergolong ke dalam kriteria sedang. Sianobakteri yang ditemukan Homoeothrix sp., Lyngbya sp., Nostoc sp., Oscilatoria limosa, dan Spirulina sp. Adanya penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang sianobakteri di Sungai Kelingi, Kota Lubuklinggau.
Abstract
Kelingi River in Lubuklinggau City has polluted waters. Up to present, there is no studies have found regarding cyanobacteria in Kelingi River. The purpose of this research was to analyze the diversity of cyanobacteria and their abiotic factors. The results showed that the cyanobacteria found were consisting of 1 class, 2 orders, 3 families, 5 genera, and 5 species. The average value of cyanobacterial diversity was 1.41, with highest diversity being at station 3 by 1.27 and the lowest being at station 2 by 0.66. The average dominance of cyanobacteria was 0.43, with the highest dominance being at station 2 by 0.53 and the lowest being at station 3 by 0.30. The average value of uniformity was 0.52, with the highest uniformity being at station 3 by 0.71 and the lowest being at station 2 by 0.36. The results on the measurement of abiotic factors in the Kelingi River were: temperature 25°C, dissolved oxygen 43.63 mg/L, acidity 7.29 and brightness 72.47 cm. It was concluded that the diversity of cyanobacteria in Kelingi River belongs to the criteria of being moderate. The cyanobacteria found were Homoeothrix sp., Lyngbya sp., Nostoc sp., Oscilatoria limosa, and Spirulina sp. This study provides an illustration of cyanobacterial diversity in the Kelingi River.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Amini, S., & Susilowati, R. (2010). Produksi biodiesel dari mikroalga Botryococcus braunii. Jurnal Squalen: Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 5(1), 23-32.
Andriansyah., Setyawati, T. R., & Lovadi, I. (2014). Kualitas perairan kanal Sungai Jawi dan Sungai Raya dalam Kota Pontianak ditinjau dari struktur komunitas mikroalga perifitik. Jurnal Protobiont, 3(1), 61-70.
Arthington, A., Bunn, S. E., Poff, N. L., & Naiman, R. J. (2006). The challenge of providing environmental flow rules to sustain river ecosystems. Ecological Applications, 16(13), 11-18.
Belcher, H., & Swale, E. (1978). A beginner’s guide to freshwater algae. London: Her Majesty’s Stationery Office.
Bellinger, E. G., & Sigee, D. C. (2010). Freshwater algae identification and use as bioindicators. London: Wiley Blackwell.
Botes, L. (2001). Phytoplankton identification catalogue. South Africa: Glaballast Monograph.
Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Ferial, E. W., & Salam, M. A. (2016). Fikologi. Jakarta: Erlangga.
Fogg, G. E., Stewart, W. D. P., Fay, P., & Walsby, A. E. (1973). The blue-green algae. London: Academic Press.
Handayani, D. (2009). Kelimpahan dan keanekaragaman plankton di perairan pasang surut Tambak Blanakan, Subang (Scholar Essay, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah). Retrieved from http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13673/1/DIAN%20HANDAYANI-FST.pdf.
Harmoko, H., & Krisnawati, Y. (2018). Keanekaragaman mikroalga divisi Cyanobacteria di Danau Aur Kabupaten Musi Rawas. Jurnal Biodjati, 3(1), 8-14.
Harmoko, H., Lokaria, E., & Misra, S. (2017). Eksplorasi mikroalga di Air Terjun Watervang Kota Lubuklinggau. Bioedukasi Jurnal Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Metro, 8(1), 75-82.
Harmoko, H., & Sepriyaningsih. (2017). Keanekaragaman mikroalga di Sungai Kati Kota Lubuklinggau. Scripta Biologica, 4(3), 201-205.
Issa, A. A., Abd-Alla, H. M., & Ohyama, T. (2014). Nitrogen fixing Cyanobacteria: future prospect. In T. Ohyama (Eds.), Advances in Biology and Ecology of Nitrogen Fixation (pp. 23-48). London, England: Intech.
Junaidi, F. F. (2014). Analisis distribusi kecepatan aliran Sungai Musi (ruas Jembatan Ampera sampai dengan Pulau Kemaro). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 2(3), 542-552.
Kasrina., Irawati, S., & Jayanti, W. E. (2012). Ragam jenis mikroalga di air rawa Kelurahan Bentiring Permai Kota Bengkulu sebagai alternatif sumber belajar biologi SMA. Jurnal Exacta, 10(1), 36-44.
Krebs, C. (1989). Ecological methodology. New York: Harper Collins Publisher.
Maresi, S. R. P., Priyanti, & Yunita, E. (2015). Fitoplankton sebagai bioindikator saprobitas perairan di Situ Bulakan Kota Tangerang. Al-Kauniyah Jurnal Biologi, 8(2), 113-122.
Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau. (2012). Rencana tata ruang wilayah Kota Lubuklinggau tahun 2012-2032. Lubuklinggau.
Pramono, Y. H. (2011). Studi kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton di perairan Ranu Pani dan Ranu Regulo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (Scholar Essay, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang). Retrieved from http://etheses.uin-malang.ac.id/945/.
Pratiwi, S. (2008). Mikrobiologi farmasi. Jakarta: Erlangga.
Prihantini, N. B., Wardhana, W., Hendrayanti, D., Widyawan, A., Ariyani, Y., & Rianto, R. (2008). Biodiversitas Cyanobacteria dari beberapa situ/danau di kawasan Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. Makara Journal of Science, 12(1), 44-54.
Purnamaningtyas, S. E., & Tjahjo, D. W. H. (2016). Komposisi dan kelimpahana fitoplankton di Waduk Djuanda, Jawa Barat. Limnotek: Perairan Darat Tropis di Indonesia, 23(1), 26-32.
Rahmawati, I., Hendrarto, I. B., & Purnomo, P. W. (2014). Fluktuasi bahan organik dan sebaran nutrien serta kelimpahan fitoplankton dan klorofil-a di muara Sungai Sayung Demak. Diponegoro Journal of Maquares, 3(1), 27-36.
Romimohtarto., & Juwana. (2001). Biologi laut. Jakarta: P3OLIPI.
Salmin. (2005). Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana: Majalah Ilmiah Semi Populer, 30(3), 21-26.
Saputra, R. (2016). Keanekaragaman jenis plankton di Danau Tahai Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Provinsi Kalimantan Tengah (Scholar Essay, IAIN Palangkaraya). Retrieved from Palangkaraya: http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/589/1/SKRIPSI%20Rendi%20S.pdf.
Sediadi, A. (2004). Dominasi Cyanobacteria pada musim peralihan di perairan Laut Banda dan sekitarnya. Makara Journal of Science, 8(1), 1-14.
Siahaan, R., Indrawan, A., Soedharma, D., & Prasetyo, L. B. (2011). Water quality of Cisadane River, West Java-Banten. Jurnal Ilmiah Sains, 11(2), 268-273.
Sperling, E. V., Ferreira, A. C. S., & Gomes, L. L. (2008). Comparative euthrophication development in two Brazilian water suplly reservoirs with respect to nutrient concentrations and bacteria growth. Desalination The International Journal on the Science and Technology of Desalting and Water Purification, 226(1-3), 169-174.
Sulaiman, T. G. (2012). Struktur komunitas Bacillariophyta (Diatom) di area pertambakan Marunda Cilincing, Jakarta Utara. (Scholar Essay, Universitas Indonesia). Retrieved from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20309985-S42908-Struktur%20komunitas.pdf.
Vuuren, S. J. V., Jonathan, T., Carin, V. G., & Annelise, G. (2006). Easy identification of the most common freshwater algae. South African: North-West University Noorowes-Universitiet.
Wahyudi, A. (2016). Peran bakteri fotosintetik Synechococcus sp. dan ekstrak rumput laut dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai pada berbagai komposisi nutrisi di lahan tegalan (Scholar Essay, Universitas Jember). Retrieved from http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/76556.
Wehr, J. D., & Sheath, R. G. (2003). Freshwater algae of North America ecology and classification. London: Academic Press.
Wibowo, H. P. E., Purnomo, T., & Ambarwati, R. (2009). Water quality of the Bengawan Solo River in Bojonegoro based on plankton diversity index. LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi, 3(3), 209-215.
Winahyu, D. A., Anggraini, Y., Rustiati, E. L., Master, J., & Setiawan, A. (2013). Studi pendahuluan mengenai keanekaragaman mikroalga di Pusat Konservasi Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Seminar Semirata FMIPA Universitas Lampung, (pp. 93-98). Universitas Lampung, Lampung.
Yudasmara, G. A. (2015). Analisis keanekaragaman dan kemelimpahan relatif algae mikroskopis di berbagai ekosistem pada kawasan intertidal Pulau Menjangan Bali Barat. Jurnal Sains dan Teknologi,4(1), 503-515.
Yuliana., Adiwilaga, E. M., Harris, E., & Pratiwi, N. T. M. (2012). Hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan parameter fisik kimiawi perairan di Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika, 3(2), 169-179.
DOI: https://doi.org/10.15408/kauniyah.v12i1.8628 Abstract - 0 PDF - 0
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a CC-BY- SA.
Indexed By:
  Â