Suksesi Kaderisasi Politisi Korupsi
Abstract
Suksesnya kaderisasi korupsi dan gagalnya kaderisasi politisi bersih, terlihat dari bertebarnya politikus tamak, rakus, dan gila kuasa. Sangat ekstrem memang, tak heran bila korupsi menjadi kejahatan luar biasa. Bagaimana tidak? Ketika dua generasi dalam satu rangkaian yang sama berkolaborasi dalam mencuri uang rakyat. Tidak perlu digunakan praduga tak bersalah atau berpikir positif soal maling ini, bagaimana ketika bapak dan anak tertangkap basah dalam satu peristiwa korup. Dulu ada anak membela ibunya, masih lah belum ada kebersamaan, dulu lagi, kakak adik bagi-bagi proyek, atau lebih kuno lagi, bapak maling sedang anak istri menikmati, atau suami istri saling bahu membahu dan sokong untuk ini itu. Orang menjadi politikus bukan untuk mengabdi, melayani, dan membangun bangsa, namun demi kebanggaan diri dan keluarga. Ekonomi biaya tinggi, karena membeli popularitas, membeli pemilih dengan berbagai cara. Tidak heran perilaku ini melahirkan pemimpin korup bukan pemimpin berkarakter dan berkualitas. Kemanusiaan kalah oleh materi, kehidupannya sebagai manusia dijadikan sebagai batu loncatan untuk meraih ambisi. Orientasinya adalah uang, bisa menerima suap, atau menjual proyek, dan izin usaha. Jual beli jabatan makin marak, dan makin marak pula penjualan hutan dan tambang.
Full Text:
PDFReferences
Burhanudin, “Hukum Tindak Pidana Korupsi Sebagai Tindak Pidana Korporasi”, JURNAL CITA HUKUM, Vol. 1. No. 1 (2013).
Salimah, Siti, “Upaya Pemberantasan Korupsi Dalam Menangani Kasus Korupsi Gayus Halomoan P Tambunan”, JURNAL CITA HUKUM Vol. 1, No. 2 (2013).
DOI: https://doi.org/10.15408/adalah.v1i4.8220 Abstract - 0 PDF - 0
Refbacks
- There are currently no refbacks.