The Paradox of Legislativa: Regulasi Bagi Ideologi

Muhammad Faiz Putra Syanel

Abstract


ABSTRAK

Perjalanan panjang pancasila sebagai ideology telah menuai banyak kontroversi. Salah satunya, upaya pemerintah untuk menyeragamkan pancasila kepada semua pihak. Penolakan bermunculan dari seluruh strata masyarakat. Karena pemerintah akan membentuk penyeragaman melalui hukum, yakni dalam bentuk RUU HIP/PIP. Gagasan ini akan menimbulkan banyak pertentangan, dari pengkerdilan pancasila, kerancuan ketatanegaraan, hingga paradox yang dihasilkan dari regulasi ini. Sebagai ideal ideology, seharusnya pancasila merdeka dengan segala penafsiran serta tak perlu dipamerkan dengan bentuk aturan.

Kata Kunci: Pancasila, RUU HIP, RUU PIP


ABSTRACT

The long and winding pancasila’s journey as an ideology has reaped plenty of controvercy. The endeavour of Government to force all parties to believe in pancasila, for instance. At the present, The Legislative Body of Indonesia is drafting the regulation for pancasila on implementation level, called RUU HIP/PIP. On the other hand, there is a sea of rejection from Indonesian society for that issue.  Inasmuch as, this idea will triggered the contradictions of pancasila as an ideology, the ambiguity of national ordinances and the existence of paradogical regulation. As an ideal ideology, pancasila should be free with every interpretation, thus it is not necessary to be displayed by specific regulation.

Keyword: Pancasila, RUU HIP, RUU PIP


Full Text:

PDF

References


Asshiddiqie, J. (2017). Menyingkap Tafsir Konstitusi Bernafaskan Pancasila dalam Negara Hukum yang Demokrasi. Stadium General UIN Law Fair 2017. Jakarta.

Badan Pembinaan Hukum Nasional. (2008). Laporan Kompendium Bidang Hukum Perundang-Undangan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

Badriyah, S. M. (2016). Sistem Penemuan Hukum Dalam Masyarakat Prismatik. Jakarta: : Sinar Grafika.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2012). Catatan Rapat: Rapat Dengar Pendapat Umum Badan Legislasi DPR RI Dalam Rangka Penyusunan Ruu Tentang Pembinaan Haluan Ideologi Pancasila. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Gasper, P. (2005). The Communist Manifesto: A Road Map To History's Most Important Political Document. Chicago: Haymarket Books.

Gould, A. (1999). Origins of Liberal Dominance. Ann Arbor: University of Michigan Press.

Hariri, A. (2019). Dekonstruksi Ideologi Pancasila Sebagai Bentuk Sistem Hukum di Indonesia. AJUDIKASI: Jurnal Ilmu Hukum, 3(1), 12.

Indrati, M. F. (2007). Ilmu Perundang-Undangan 1: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan. Yogyakarta:: Kanisius.

Kammerhofer, J. (2011). Hans Kelsen’s Place in International Legal Theory. In A. Orakhelashvilli, Research Handbook in the Theory and History of International Law (p. 145). Cheltenham: Edward Elgar Publishing Ltd.

KBBI. (n.d.). Haluan. Retrieved from KBBI: https://kbbi.web.id/haluan

KBBI. (n.d.). Pembinaan. Retrieved from KBBI: https://kbbi.web.id/pembinaan

Kementrian Riset, T. d. (2006). Pendidikan Pancasila: Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktoran Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Khotimah. (2014). Agama dan Civil Society. Jurnal Ushuluddin, 21(1), 121.

Latif, Y. (n.d.). Pancasila Sebagai Norma Dasar Negara: Implikasinya Terhadap Rumusan Konstitusi. Retrieved from BPHN: https://www.bphn.go.id/data/documents/yudi_latif_pancasila_sebagai_norma_dasar_negara.pdf

Mahmuda. (2017). Konsep Negara Ideal /Utama (Al-Madinah Al-Fadilah) Menurut Al-Farabi. Al-Lubb, 2(2), 292.

Messner, J. (2018). Das Naturrecht: Handbuch der Gesellschaftsethik, Staatsethik und Wirtschaftsethik. Berlin: Duncker & Humblot GmbH.

Nusantara, A. H. (2008). Mahkamah Konstitusi: Perspektif Politik dan Hukum”, Kompas, 24 September 2002. In N. Huda, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang (p. 252). Jakarta: Rajawali Pers.

Pabottinggi, M. (2006). Pancasila Sebagai Modal Rasionalitas Politik. Simposium dan Sarasehan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa (pp. 158-159). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, KAGAMA, LIPI, dan LEMHANNAS.

Rinardi, H. (2012). Dari RIS Menjadi RI: Perubahan Bentuk Negara Pada Tahun 1950. Mozaik: Jurnal Ilmu Humaniora, 12(2), 181.

Riskiyono, J. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Perundang-Undangan Untuk Mewujudkan Kesejahteraan. Aspirasi, 2(2), 160.

Suber, P. (1990). The Paradox of Self-Amendment: a Study of Law, Logic, Omnipotence, and Change. Switzerland: Peter Lang Publishing.

Susanto. (2016). Pancasila Sebagai Identitas dan Nilai Luhur Bangsa: Analisis Tentang Peran Pancasila Sebagai Modal Sosial Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 2(1), 46.

Sutrisno. (2016). Peran Ideologi Pancasila Dalam Perkembangan Konstitusi dan Sistem Hukum Indonesia. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1), 41.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Konsideran poin b.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Utama, A. S., & Dewi, S. (2018, May 14). Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia Serta Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde baru dan Era Reformasi. Retrieved from https://doi.org/10.31227/osf.io/7y9wn




DOI: https://doi.org/10.15408/adalah.v4i2.16468 Abstract - 0 PDF - 0

Refbacks

  • There are currently no refbacks.