Kontrak Cirebon-VOC Tahun 1699: Peran VOC dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Cirebon
Abstract
During the second half of the seventeenth century, the political constellation of Java changed drastically. The dominance of Mataram in Priangan, which was previously strong, was replaced by the superiority of Banten which carried out military expansion to a number of Priangan areas, including Cirebon. However, the domination did not last long because in 1680, the Cirebon princes were more inclined to ally with VOC than Mataram or Banten. After his position was strengthened in Cirebon, the turmoil of disputes which based on the desire for power emerged from within the kraton, and grew even more after the death of Sultan Sĕpuh I in 1697. To maintain the rush en order of the regions under his supervision, VOC helped mediate the conflict and set Contract of August 4, 1699 as a solution to the problem. The Cirebon-VOC contract in 1699 was written manually and still preserved today. Through the contract, VOC regulated the nobility degree of the three Cirebon rulers on the basis of applicable customs and established other rules to eliminate competition as the seed of conflict.
Sepanjang paruh kedua Abad XVII, konstalasi politik Tanah Jawa berubah secara drastis. Dominasi Mataram di Priangan yang sebelumnya kokoh, berganti dengan kedigdayaan Banten yang melakukan ekspansi militer ke sejumlah daerah Priangan, termasuk di antaranya Cirebon. Namun, dominasi itu tidak berlangsung lama karena memasuki tahun 1680, para pangeran Cirebon lebih condong untuk bersekutu dengan VOC ketimbang Mataram ataupun Banten. Setelah kedudukannya semakin kokoh di Cirebon, gejolak perselisihan yang dilandasi oleh keinginan berkuasa justru muncul dari internal istana, dan semakin membesar pasca wafatnya Sultan Sĕpuh I pada 1697. Untuk tetap menjaga rush en orde wilayah yang berada di bawah pengawasannya, VOC turut menengahi konflik dan menetapkan Kontrak 4 Agustus 1699 sebagai solusi permasalahan. Kontrak Cirebon-VOC tahun 1699 ditulis secara manual dan masih tersimpan hingga sekarang. Melalui kontrak itu, VOC mengatur derajat kebangsawanan ketiga penguasa Cirebon dengan dasar adat yang berlaku dan menetapkan aturan lainnya untuk menghilangkan persaingan yang merupakan benih konflik yang terjadi di tengah para penguasa tertinggi Cirebon.
Keywords
References
A.B, Lapian, and Edi Sedyawati. “Kajian Cirebon dan Kajian Jalur Sutra.” In Cirebon sebagai bandar jalur sutra: kumpulan makalah diskusi ilmiah. [Ed. 1996]. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996.
Atja. “Menjelang Penetapan Hari Jadi Pemerintahan Kabupaten Cirebon.” Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon, 1988.
Balk, Louisa, Frans Van Dijk, Diederick Kortlang, Femme Gaastra, Hendrik Niemeijer, and Pieter Koenders. The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and the Local Institutions in Batavia (Jakarta). Brill, 2007.
Bochari, M. Sanggupri, and Wiwi Kuswiah. Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon. Ed. 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2001.
Brandes, J. Eenige Officicele Stukken Met Betrekking Tot Tjerbon Naar Aanleiding van Het Bijshrift Ij de Pepakem Tjerbon in Ms. Orient. Vol. 37. Albreeht & Rusche, 1894.
Churchill, W. A. (William Algernon). Watermarks in Paper in Holland, England, France, Etc. in the XVII and XVIII Centuries and Their Interconnection. Amsterdam: Amsterdam : M. Hertzberger, 1935.
De Haan, Frederik. Priangan de Preanger-Regentschappen Onder Het Nederlandsch Bestuur Tot 1811. Batavia: Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1910.
Godée Molsbergen, E. C. Gedenkboek der gemeente Cheribon, 1906 - 1931: door de stadsgemeente Cheribon uitg. t.g.v. het 25-jarig bestaan der gemeente op 1 April 1931. Bandung-Cirebon: Nix & Co, 1931.
Guillot, C., Hasan Muarif Ambary, and Jacques Dumarçay. The Sultanate of Banten. Jakarta: Gramedia Book Pub. Division, 1990.
Hermanus Johannes de Graaf, and Th.G.Th Pigeaud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Press, 1986.
H.J. de Graaf. Disintegrasi Mataram di Bawah Mangkurat I, 1987.
Ishii, Yoneo. The Junk Trade from Southeast Asia: Translations from the Tôsen Fusetsu-Gaki, 1674-1723. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1998.
Merennage Radin, Fernando. “Peasants and Plantation Economy : The Social Impact of the European Plantation Economy in Cirebon Residency from the Cultivation System to the End of First Decade of the Twentieth Century.” Monash University, 1982.
Pudjiastuti, Titik. Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Raffles, Thomas Stamford. The History of Java. Translated by Prasetyaningrum Eko, Nuryati Agustin, and Idda Qoryati Mahbubah. 3rd ed. Yogyakarta: Narasi, 2014.
Siddique, Sharon Joy. Relics of the Past? A Sociological Study of the Sultanates of Cirebon, West Java. Bieleveld: Bieleveld University, 1977.
Stockdale, John Joseph, Ira Puspitorini, and An Ismanto. The Island of Java. Dua. Yogyakarta: Indoliterasi, 2014.
Sulistiyono, Singgih Tri. “Dari Lemahwungkuk Hingga Cheribon: Pasang-Surut Perkembangan Kota Cirebon Sampai Awal Abad XX.” In Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996.
Tendi. Perjanjian Dan Kontrak Sultan-Sultan Pertama Cirebon Dengan Pemerintahan Agung VOC. Bengkulu: Elite Media Kreazi, 2021.
———. “Surat Perjanjian 7 Januari 1681: Edisi Diplomatik Naskah.” Jurnal Tamaddun 8, no. 1 (April 16, 2020). https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tamaddun/article/view/6315.
Tendi, Djoko Marihandono, and Abdurakhman Abdurakhman. “Between the Influence of Customary, Dutch, and Islamic Law: Jaksa Pepitu and Their Place in Cirebon Sultanate History.” Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies 57, no. 1 (June 29, 2019): 117–142.
Tjandrasasmita, Uka. “Bandar Cirebon Dalam Jaringan Pasar Dunia.” In Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996.
DOI: 10.15408/sh.v1i2.27596
Refbacks
- There are currently no refbacks.