POHON PELAWAN (Tristaniopsis merguensis): SPESIES KUNCI KEBERLANJUTAN HUTAN TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI NAMANG – BANGKA TENGAH

Dian Akbarini

Abstract


Abstrak

Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang tidak memprioritaskan sektor ekonomi semata, tapi juga menyeimbangkan sektor sosial dan lingkungan. Salah satu indikator yang digunakan adalah kelimpahan keanekaragaman hayati yang terdapat di suatu wilayah. Indikator pembangunan berkelanjutan yang disusun oleh Perserikatan Bangsa Bangsa adalah kelimpahan spesies kunci. Pohon Pelawan (Tristaniopsis merguensis) merupakan satu spesies kunci bagi keberlanjutan keanekaragaman hayati di kabupaten Bangka Tengah. Pohon Pelawan dapat menjamin tetap tumbuhnya jamur Heimioporus sp. dan panen madu Pelawan di Taman Keanekaragaman Hayati kabupaten Bangka Tengah.

Abstract

Sustainable development is the development not only focusing on economic sectors but also balancing social and environment balance. One of the indicators used (in this research) is the abundance of biodiversity found in a region. Sustainable development indicators compiled by the United Nation is the abundance of key species. Pelawan tree (Tristaniopsis merguensis) is one of the key species for sustainable diversity in Central Bangka regency. Pelawan tree is supposed to preserve the growth of fungi Heimioporus sp. and the harvest of Pelawan honey in Biodiversity park, Central Bangka region.

 


Keywords


Bangka Tengah; Biodiversity park; Central Bangka; Pelawan tree; Pohon Pelawan; Taman keanekaragaman hayati

Full Text:

PDF

References


BAPPENAS. (2016). Indonesian biodiversity strategy and action plant 2015-2020. Jakarta: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

CSD indicators of sustainable development 3-rd edition. (2007). Division for sustainable development. (29 Juni 2016) Diunduh dari www.un.org/ esa/susdev/natlinfo/indicators/factsheet.

Curran, M., James, A., & Stephen, C. (2003). Sustainability and the life cycle concept: International and Inter-disciplinary Perspective. Environmental Progress, 22-40.

Hart, M. (2013). Definition of sustainability. (15 April 2016) Diunduh dari www.sustainablemeasure.com.

Odum, E. P. (1994). Dasar-dasar ekologi. Edisi Ketiga. Terjemahan oleh Koesbiono, Bengon, D.G., Eidmen, M. & Sukarjo, S. Jakarta: Gramedia.

Primarck, R. B. (1998). Biologi konservasi. Jakarta: Yayasan Obor.

Rich, R. (2011). Kajian terhadap jamur pangan Pelawan (Boletus sp.) khas Indonesia sebagai sumber potensial pangan fungsional. (Skripsi). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Ridley, H. N. (1922). The flora of the Malay Peninsula 1. London: L. Reeve & Co. Ltd.

Soemarwoto, O. (1983). Ekologi lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Tasuruni, D. (2012). Analisis morfologi dan sekuens ITS rDNA jamur edible ektomikoriza pelawan dan struktur ektomikorizanya. (Tesis). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

United Nations Conference on Environment and Development. (1997). The earth summit. (1 Mei 2016) Diunduh dari http://www.un.org/geninfo/bp/enviro.html.

Wardani, M. (2008). Keragaman potensi tumbuhan berguna di Cagar Alam Mandar, Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5(3), 252-266.

Yarli, N. (2011). Ekologi pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) sebagai inang jamur Pelawan di kabupaten Bangka Tengah. (Tesis). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.




DOI: https://doi.org/10.15408/kauniyah.v9i1.3500 Abstract - 0 PDF - 0

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


This work is licensed under a CC-BY- SA.

Indexed By:

/public/site/images/rachma/logo_moraref_75 /public/site/images/rachma/logo_google_scholar_75_01 /public/site/images/rachma/logo_isjd_120 /public/site/images/rachma/logo_garuda_75 /public/site/images/rachma/logo_crossref_120/public/site/images/rachma/logo_base_2_120 /public/site/images/rachma/neliti-blue_75   /public/site/images/rachma/dimensions-logo_120