VARIASI MORFOMETRIK Bufo asper Gravenhorst (1829) DI KAWASAN UNIVERSITAS RIAU DAN DESA BENCAH KELUBI TAPUNG KAMPAR
Abstract
Abstrak
Kawasan yang berbeda memiliki jenis ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan yang berbeda, sehingga diduga perbedaan kawasan akan mempengaruhi karakter morfometrik dari B. asper. Tujuan penelitian untuk mengkaji variasi karakter morfometrik pada B. asper yang berada di dua lokasi berbeda yaitu Universitas Riau (UR) dan Desa Bencah Kelubi (BK) Kampar. Menggunakan metode survey dan koleksi langsung di lapangan. Hasil uji t karakter morfometrik di kedua kawasan berbeda nyata pada JMT, JMH, JMTi, DM dan PJ1KB. Hasil nisbah pada kedua lokasi memiliki status allometrik positif dan negatif. Korelasi karakter B. asper betina di UR memiliki korelasi kuat (LK), sedang (PK, JMT, PM, JMHi, PKB, PT), dan lemah (Pab, PJ1KD, PF, PTJ4). Korelasi karakter B. asper betina di BK memiliki korelasi sangat kuat (PT), kuat (LK, JMHi, PTJ4), sedang (PK, JMT, PM, PF, Pab, PJ1KD) dan lemah (PKB). Korelasi pada B. asper jantan UR memiliki korelasi sangat kuat (PKB), kuat (PF, PTJ4), sedang (PM, JMM, JHT, JMHi, Pab, PT), dan lemah (LK, PJ3KD). Sedangkan di BK memiliki korelasi kuat (LK, PM, JMM, JMHi, Pab, PTJ4), dan sedang (JHT, PJ3KD, PKB, PF, PT). Hasil nisbah kelamin pada UR dan BK yaitu 1,37:1.
AbstractRegions have different types of food and environmental conditions, so it is expected that the difference will affect the morphometric characters of a species, including Bufo asper. The aim of this study was to assess the variation in morphometric characteristics of B. asper in two different locations, Universitas Riau (UR) and Bencah Kelubi (BK) village. The research was conducted by methods of survey and direct field collection. The result from the t test on the morphometric characteristics showed that the two regions were significantly different among the JMT, JMH, JMTi, DM and PJ1KB. Ratio of the locations had both positive and negative allometric status. The female characteristics in BK had correlation level of very strong (PT), strong (LK, JMHI, PTJ4), moderate (PK, JMT, PM, PF, Pab, PJ1KD) and weak (PKB). The male in UR had correlation level of very strong (PKB), strong (PF, PTJ4), medium (PM, JMM, JHT, JMHI, Pab, PT), and weak (LK, PJ3KD), while in BK had correlation level of strong (LK, PM, JMM, JMHI, Pab, PTJ4), and medium (JHT, PJ3KD, PKB, PF, PT). Result on the sex ratio in UR and BK was 1.37: 1.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Addaha, H., Tjong D. H., & Novarino, W. (2014). Variasi morfologi katak pohon bergaris Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829 (Anura; Rhacophoridae) di Sumatera Barat. Universitas Andalas. Online Jurnal of Natural Science, 4(3), 348-354
Affandi, R., Djadja S. S., & Rahardjo M. F. (1992). Suatu pedoman kerja laboratorium: Iktiologi. Departemen Pendidikan dan. Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Amran, M. D., & Norbaiti, E. (2007). Pertumbuhan. (2015 Desember 9). Retrieved from http://searchyahoo.com/search?p= pertumbuhan+&ei=UTF8&FR=YFP-t-50i&b-11.
Babik, W., & Rafinski, J. (2000). Morphometric Differentiation of the Moor Frog (Rana arvalis Nilss.) in Central Europe. Journal of Zoological Systematics and Evolutionary Research, 38: 239-247. http://dx. doi.org/10.1046 /j.1439-0469.2000.384148.x
Ball, D. V., & Rao, K. V. (1984). Marine fisheries. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Chasanah, L. R. (2010). Keanekaragaman dan frekuensi kunjungan serangga penyerbuk serta efektivitasnya dalam pembentukan buah Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae). (Tesis). IPB, Bogor.
Darmawan, B. (2008). Keanekaragaman Amfibi di berbagai tipe habitat: Studi kasus di eks-PHP PT Rimba Karya Indah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. (Skripsi). Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor.
Dima, A. O. M. (2002). Ekologi, morfologi, dan variabilitas genetik kodok (Genus Rana) di wilayah Timur Barat Nusa Tenggara Timur. (Tesis). Program Pascasarjana, IPB, Bogor
Fauzan. (2011). Diferensiasi morfometri Fejervarya limnocharis (Anura: Ranidae) Gravenhorst 1829 di Sumatera. (Tesis). Universitas Andalas.
Futuyama, D. J. (1986). Evolutionary biology. Sunderland. Mass: Sinauer Associates, Inc. Itaca.
Hakim, L. (2010). Keanekaragaman burung pada tiga tipe habitat di kampus Universitas Riau Panam Pekanbaru. (Skripsi). Jurusan Biologi, Universitas Riau, Pekanbaru.
Haryono. (2001). Variasi morfologi dan morfometrik ikan dokun (Puntius lateristringa) di Sumatera. Jurnal Biota, 6(3), 109-116. ISSN 0853-8670.
Inger, R. F., & Stuebing, R. B. (2005). A field guide to the frogs of Borneo. Kota Kinabalu, Borneo: Natural History Publications.
Iskandar, D. T. (1998). Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI.
Kandel, K. E., Mohammad, S., Mostafa, A. M., & Alla, M. A. (2013). Reproductive biology of the cocle Cerastoderma glanser (Bivalvia: Cardiidae) from lake Qarun, E. The Egyptian Journal of Aquatic Research, 3(4), 249-260.
Kanna, I. (2005). Bulfrog pembenihan dan pembesaran seri budi daya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kantor Kepala Desa. (2014). Profil Desa Bencah Kelubi Kecamatan Tapung Kabu-paten Kampar. Retrieved from http://kamparkab.go.id/page/nama-desa kelurahan-di-kabupaten-kampar
Komala, R., Yulianda, F., Lumbanbatu, D. T. F., & Setyobudiandi, I. (2011). Morfometrik kerang Anadara granosa dan Anadara antiquata pada wilayah yang terekploitasi di Teluk Lada Perairan Selat Sunda. Jurnal Pertanian-UMMI 1 (1), 14-18.
Kurniadi, E. (2001). Beberapa aspek reproduksi kodok sawah (Rana cancrivora) di Kabupaten Bogor Jawa Barat. (Skripsi), Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.
Mistar. (2003). Panduan lapangan amfibi kawasan ekosistem Leuser. Bogor: The Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement.
Nesty, R., Tjong, D. H., & Herwina, H. (2013). Variasi morfometrik kodok Duttaphrynus melanotictus (Schneider, 1799) (Anura: Bufonidae) di Sumatera Barat yang dipisahkan oleh Bukit Barisan. Jurnal Biologi Universits Andalas, 4(3), 348-354.
Nola, A. 2014. Keanekaragaman Ordo Anura di kawasan kampus Universitas Riau. (Skripsi). FMIPA, Jurusan Biologi Universitas Riau, Pekanbaru.
Novita., Saepudin, R., & Sutriyono. (2013). Analisis morfometrik lebah madu pekerja Apis cerana budidaya pada dua ketinggian tempat yang berbeda. Jurnal Sains Peternakan Indonesia, 8(1), 41-56.
Nurcahyani, N. M., Kanedi., Kurniawan, E. S. (2009). Inventarisasi jenis Anura di kawasan hutan sekitar Waduk Batutegi, Tanggamus, Lampung. (Skripsi). Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Lampung.
Nurdin. (2007). Analisa pemanfaatan lahan kampus Bina Widya Universitas Riau menggunakan citra quickbird. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik. (Skripsi) Universitas Riau, Pekanbaru.
Oseen, K. L., & Wassersug, R. J. (2002). Environmental factors influencing calling in sympatric anurans. Springer, 133(4), 616-625.
Razak, A. (2005). Statistika pengolahan data sosial sistem manual. Pekanbaru: Autografika.
Rekamunandar. (2012). Analisis morfometrik dengan menggunakan SPSS. (2016 Juni 8). Retrieved from http://www.word press.com.
Rositasari, R. (1997). Variasi morfologi pada marga ammonia. Oseana, 22, 1-15.
Sholihat, N. (2007). Pola pergerakan harian dan penggunaan ruang Katak Pohon Bergaris (Polypedates leucomystax) di Kampus IPB. (Skripsi). Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor.
Sudjana. (2005). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Tjong, D. H. M., et al. (2007). Morphological divergence, reproductive isolating mechanism, and molecular phylogenetic relationships among Indonesia, Malaysia, and Japan populations of the Fejervarya limnocharis complex (Anura, Ranidae). Journal Zoological Science, 24(12), 1197-1212.
DOI: https://doi.org/10.15408/kauniyah.v9i2.3370 Abstract - 0 PDF - 0
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a CC-BY- SA.
Indexed By:
  Â