MASKULINITAS DALAM NOVEL HILDA (CINTA, LUKA, DAN PERJUANGAN) DENGAN NOVEL CINTA DALAM MIMPI KARYA MUYASSAROTUL HAFIDZOH

Abstract

Penelitian ini menganalisis kajian sastra bandingan dari novel Hilda (Cinta, Luka, dan Perjuangan) dengan novel Cinta dalam Mimpi karya Muyassarotul Hafidzoh. Penelitian ini membahas maskulinitas pada kedua novel dari tokoh Wafa dan Syauqi. Tokoh Wafa dan Syauqi digambarkan dengan sosok laki-laki berlatar belakang seorang Gus yang memiliki karismatik sebagai lelaki yang tampan sehingga membuat terkagum-kagum saat melihat parasnya. Maskulinitas masuk dalam isu kesetaraan gender, kondisi ini secara sederhana masuk ke dalam kehidupan seorang laki-laki dari cara berpakaian dan berpenampilan, bentuk pilihan aktivitas, tata cara pergaulan, cara penyelesaian dalam menghadapi suatu masalah, bentuk dari ekspresi verbal ataupun non verbal bahkan sampai jenis aksesoris yang digunakan. Hal seperti ini sudah turun temurun melalui mekanisme warisan budaya sehingga menjadi “kewajiban” yang harus dilakukan, jika ingin dianggap sebagai laki-laki yang utuh. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan (1) gambaran laki-laki dalam berpenampilan; (2) kepemimpinan; (3) kekuatan; dan (4) keberanian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis dengan metode sastra bandingan. Sumber data dalam penelitian ini berupa novel Hilda (Cinta, Luka, dan Perjuangan) dengan novel Cinta dalam Mimpi karya Muyassarotul Hafidzoh. Data yang digunakan dalam penelitian dari frasa-frasa dan bagian bagian tertentu yang berkaitan dengan konsep maskulinitas pada novel Hilda (Cinta, Luka, dan Perjuangan) dengan novel Cinta dalam Mimpi karya Muyassarotul Hafidzoh. Pengumpulan informasi dilakukan dengan menggunakan teknik literatur (analisis kritis, penandaan, dan kutipan) sementara analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Landasan teoretis penelitian ini mengacu pada teori maskulinitas yang diuraikan oleh David dan Brannon (1976), yang mengelompokkan aturan-aturan maskulinitas ke dalam empat prinsip dasar, yakni representasi pria dalam hal penampilan, kepemimpinan, kekuatan, dan keberanian.