Jangan Jadikan Ulama ‘Bak Stempel’ Pemilu
Abstract
Tahun politik 2019 merupakan ajang pemilihan umum anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden. Pesta demokrasi yang tentunya melibatkan rakyat Indonesia sebagai pemilik suara. Akan tetapi kesadaran memilih dan menyalurkan aspirasi dalam pemilu kerap diabaikan oleh masyarakat. Hal ini tentunya disebabkan faktor kekecewaan dan rasa apatisme terhadap wakil rakyat dan pemimpin terdahulu. Sehingga mereka enggan berpartisipasi dalam pemilu dan beranggapan bahwa para pemimpin tidak dapat mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Anggapan mereka, bekerja lebih utama dibandingkan hanya ikut memilih pemimpin yang belum tentu amanah. Sehingga meninggalkan pekerjaan sehari untuk mengikuti pemilu dianggap mengurangi penghasilan, terlebih bagi mereka yang bekerja serabutan sebagai buruh maupun kerja harian. Bila tak bekerja sehari, maka mereka tidak mendapat penghasilan untuk menyambung hidup hari itu. Dampak perilaku ini terjadilah golput dalam pemilu. Hal ini senada dengan pendapat Varma yang menyatakan bahwa terjadinya golput disebabkan oleh rasa kecewa dan apatisme masyarakat yang memandang kinerja pemerintahan hasil pemilu yang kurang amanah, selain anggapan bahwa nilai-nilai demokrasi belum mampu mensejahterakan masyarakat
Full Text:
PDFReferences
Varma, S.P. Teori Politik Modern, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 1992.
DOI: https://doi.org/10.15408/adalah.v2i9.9155 Abstract - 0 PDF - 0
Refbacks
- There are currently no refbacks.