Sastra, Perempuan, dan Istana Dalam Kronik Melayu Sulalatus Salatin

Rizqi Handayani

Abstract


This article aims to examine the gender roles and functions played by palaceladies in Malay chronicles, from solely domestic functions to public functions where women can play a diplomatic role through marriage institutions. This research is a qualitative research based on literature sources. Through the Sulalatus Salatin script rewritten by A. Samad as primary data, as well as articles, books and other Malay saga as secondary data, this study found that palace ladieswere still confronted with domestic roles surrounding marriage. However, the marriage that took place in the Malay palace involved women in decision making. This shows the form of independence carried out by palace ladies in a diplomatic marriage. The passivity that is still displayed by some other female figures in the Malay narrative is the strengthening and preservation of patriarchal ideology through discourses of power that arise through political institutions and socio-cultural practices. Thus, it can be concluded that in Sulalatus Salatin there has been an author's effort to reconstruct the role of women in the domestic and public sphere although not yet in a large portion.This is shown by the marriage of the palace which became a political commodity for the interests of men.Marriage and reproductive functions in the palace tend to be political, namely to continue and strengthen the royal bloodline and throne.


Artikel ini bertujuan untuk melihat peran dan fungsi gender yang dimainkan oleh para perempuan istana dalam kronik Melayu, dari semata-mata fungsi domestik menuju fungsi publik di mana perempuan dapat memainkan peran diplomatis melalui institusi perkawinan.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbasis pada sumber-sumber kepustakaan.Melalui naskah Sulalatus Salatin yang diselenggarakan oleh A. Samad sebagai data primer, serta artikel, buku, dan hikayat-hikayat Melayu lainnya sebagai data sekunder maka penelitian ini menemukan bahwa perempuan-perempuan istana masih dihadapkan pada peran-peran domestik seputar perkawinan. Namun, perkawinan yang terjadi dalam istana Melayu melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan.Hal ini menunjukkan bentuk kemandirian yang dilakukan para perempuan istana dalam sebuah perkawinan diplomasi.Adapun kepasifan yang masih dipertunjukkan oleh sebagian tokoh perempuan lainnya dalam narasi Melayu merupakan pengokohan dan pelestarian ideologi patriarkis melalui wacana-wacana kekuasaan yang muncul melalui institusi politik dan praktik-praktik sosial-budaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam Sulalatus Salatin sudah ada upaya pengarang untuk merekontruksi peran perempuan dalam ranah domestik dan publik dengan memberikan citra kemandirian, meskipun belum dalam porsi yang luas..Hal ini ditunjukkan dengan perkawinanistana yang menjadi komoditas politik bagi kepentingan laki-laki.Perkawinan dan fungsi reproduksi dalam istana cenderung bersifat politis yaitu untuk meneruskan dan mengokohkan garis keturunan dan tahta kerajaan.

 

يهدف هذا البحث إلى النظر في الأدوار الجنسانية والوظائف التي تلعبها نساء القصر في تاريخ الملايو، من الوظائف المنزلية فقط إلى الوظائف العامة حيث يمكن للمرأة أن تلعب دورًا دبلوماسيًا من خلال مؤسسات الزواج. هذا البحث هو بحث نوعي يعتمد على المصادر الأدبية " سلالات السالاتين" الذي نظمه أ. الصمد كبيانات أولية ، وكذلك لمقالات والكتب وغيرها من الملحمة الملاوية كبيانات ثانوية. وجدت هذه الدراسة أن النساء في القصر مازلن يواجهن أدوارًا منزلية تحيط بالزواج.  ومع ذلك ، فإن الزواج الذي حدث في قصر الملايو يجعل النساء تشتركن بأخذ القرار. وهذا يدل على شكل الاستقلال الذي تقوم به نساء القصر في زواج دبلوماسي. وأمّا السلبية التي لا تزال تظهرها بعض الشخصيات النسائية الأخرى في سرد الملايوهي تعزيزوالحفاظ على الأيديولوجيا الأبوية منخلا لخطابات السلطة التي تنشأ منخلالا لمؤسسات السياسية والممارسات الاجتماعية والثقافية. وهكذا، يمكن أن نستنتج أنه في سولالات السالاتين كان هناك جهد المؤلف لإعادة بناء دور المرأة في المجال المحلي والمجال العام, مهما كان في جزء قليل, كما يتجلى في زواج القصر الذي أصبح سلعة سياسية لصالح الرجال تميل وظائف الزواج والإنجاب في القصر إلى أن تكون سياسية ، أي الاستمرار في تقوية السلالة الملكية والعرش.

 


Keywords


Sulalatus Salatin; palace; woman; marriage

References


Ahmad, A. S. (2008). Sulalatus Salatin. Dewan Bahasa dan Pustaka.

Azwar, H. P. H. M. D. (2011). Sulalatus Salatin: Sejarah Melayu Karya Tun Sri LanangVersi Populer. Yayasan Tun Sri Lanang.

Braginsky, I. V. (1998). Yang Indah, Berfaedah dan Kamal; Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-19. INIS.

Creese, H. (2012). Perempuan dalam Dunia Kakawin: Perkawinan dan Seksualitas di Istana Indic, Jawa, dan Bali. Pustaka Larasan.

Dahlan, A. (2015). Sejarah Melayu. Kepustakaan Populer Gramedia.

Endraswara, S. (2003). Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Pustaka Widyatama.

Fang, L. Y. (2011). Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Yayasan Obor Indonesia.

Hamdan, R., & Radzi, S. B. M. (2014). The Meaning of Female Passivity in Traditional Malay Literature. Asian Social Science, 10(17), 222–228. https://doi.org/10.5539/ass.v10n17p222

Haryatmoko. (2013). Sejarah Seksualitas: Sejarah Pewacanaan Seks dan Kekuasaan Menurut Foucault. In Subjek yang Dikekang: Pengantar ke Pemikiran Julia Kristeva, Simone de Beauvoir, Michel Foucault, Jacques Lacan (pp. 37–56). Komunitas Salihara-Hivos.

Ikram, A. (1997). Filologia Nusantara. Pustaka Jaya.

Iskandar, T. (1996). Kesusasteraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Penerbit Libra.

Mandoyokusumo. (1975). Serat Raja Putra Ngayogyakarta Hadiningrat. Babadan Museum Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

N.S., E. S. (2017). Batari Hyang Janapati dalam Perspektif Gender. Jentera: Jurnal Kajian Sastra, 6(2), 164–180. https://doi.org/10.26499/rnh.v6i2.177

Rajagopalachari, C. (2014). Mahabharata. Bhavan’s Book University.

Rokhmansyah, A. (2016). Pengantar Gender dan Feminisme: Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme. Penerbit Garudhawaca.

Sharma, K. A. (2013). Perempuan-Perempuan Mahabharata. Kepustakaan Populer Gramedia.

Showalter, E. (1985). The New Feminist Criticism. Basil Blackwell.

Sugihastuti, & Suharto. (2002). Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Pustaka Pelajar.

Thornham, S. (2010). Teori Feminis dan Cultural Studies (A. B. Mahyudin (ed.); Terj.). Jalasutra.

Wijanarko, F. (2018). Perempuan dalam Swara Sestra dan Fakta Perkawinan Endogami Aristokrat Jawa. Jentera: Jurnal Kajian Sastra, 7(1), 1–19. https://doi.org/http://doi.org/10.26499/jentera.v7i1.606

Winstedt, S. R. (1969). A History of Classical Malay Literature. Oxford University Press.


Full Text: PDF

DOI: 10.15408/bat.v26i1.14410

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Rizqi Handayani

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.